Nyeker. Kata yang tidak asing bagi masyarakat Sunda. Termasuk di Tasikmalaya. Nyeker merupakan sebutan bagi aktifitas berjalan tanpa menggunakan alas kaki baik sepatu atau sandal.
Baru-baru ini sekelompok orang menyusuri jalanan Kota Tasikmalaya tanpa alas kaki. Aktifitas itu dilakan setiap Jum’at sore. SST (Sanggar Sastra Tasik) adalah penggagas dari kegiatan itu. Sampai-sampai mereka membuat sebuah perkumpulan yang diberi nama KATAK (Komunitas Tanpa Alas Kaki).
Kasepuhan SST, Saeful Badar menuturkan awalnya kegiatan itu hanya heureuy. Bermula dari kesadaran jika nyeker itu baik bagi kesehatan. Pasalnya berbagai macam penyakit ternyata bisa bersumber dari telapak kaki. Makanya tak heran jika kemudian muncul istilah pijat refleksi. Sebuah metode pijat dengan menekan titik-titik saraf yang ada pada telapak kaki.
“Kami nyeker untuk sekedar berbahagia dan menjaga kesehatan. Jika kemudian banyak yang tertarik dan ada orang yang menginterpretasikan aktifitas ini dengan makna lain, ya itu kita kembalikan kepada mereka yang melihat,” ujar Badar, Jum’at (5/8/2016) sore.
Ya. Aktifitas nyeker keliking Kota Tasikmalaya dari Komunitas Katak ini memang cukup jadi perhatian. Alhasil banyak yang tertarik untuk ikut serta dalam kegiatan itu. Tak hanya dari kalangan seniman dan budayawan saja. Mahasiswa, Dosen, Wartawan dan warga sekitar juga banyak yang turut serta dalam kegiatan itu.
“Kegiatan ini bebas. Siapa saja dan dari kalangan mana saja boleh ikut dan bergabung dengan kami,” kata Badar.
Terpisah, salah satu Kasepuhan SST lainnya, Wa Azim Jabalabim Bersubsidi mengatakan meski banyak anggota dan peminatnya, Komunitas Katak tidak akan melengkapi diri dengan Akta Notaris maupun SK Kemenkumhan.
“Ini penting. Agar anggota Komunitas Katak tetap sehat baik secara jasmani maupun rohani,” ujar Wa Azim.
Sumber dana untuk kegiatan Komunitas Katak sendiri, lanjut Wa Azim, berasal dari sumbangan seikhlasnya para donatur dan handai taulan. Setiap kegiatan, mereka yang datang bergabung ada yang membawa makanan, minuman maupun camilan lainnya.
“Untuk sore ini kita mendapat sumbangan dua bungkua ulen dari anggota Komunitas Katak. Insya Alloh ulen ini murni dibeli dari dana sendiri. Non APBD dan APBN,” kata Wa Azim.
Sementara itu, Pengamat Politik yang turut bergabung dalam kegiatan nyeker tersebut, Asep M Tamam menyampaikan tanggapan lain. Nyeker yang dikatakan baik bagi kesehatan bisa jadi kritik untuk Kota Tasik. Terlebih menjelang perhelatan Pilkada Kota Tasikmalaya yang tinggal menunggu hitungan hari.
“Bagaimana Pilkada Kota Tasikmalaya ini bisa berlangsung secara sehat. Tolak ukurnya, Pilkada yang sehat akan menghasilkan roda pemerintahan yang sehat pula,” kata Asep.
Jika pada prosesnya, lanjut Asep, Pilkada Kota Tasikmalaya sudah “sakit,” maka hampir bisa dipastikan roda pemerintahan hasil dari Pilkada yang akan dinikmati masyarakat Kota Tasikmalaya selama lima tahun ke depan akan turut jadi pesakitan.
“Point pentingnya adalah bagaimana menciptakan proses politik yang sehat baik secara proses maupun sistemnya,” kata Asep. (Imam Mudofar)