​GP Ansor: Tasikmalaya Darurat Terorisme

LINIMASA26 views


SINGAPARNA, (KAPOL).-
Pihak kepolisian terus berupaya membongkar jaringan terorisme. Setelah Bom Panci, dalam waktu singkat, Tim Densus 88 Mabes Polri menggerebek tiga orang terduga teroris di Tanggerang Selatan beberapa hari yang lalu.

Dari dua peristiwa tersebut, ada kaitannya dengan Tasikmalaya. Beberapa waktu lalu polisi menangkap seorang perempuan terduga teroris di Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya. Selanjutnya, salah satu dari ke tiga teroris yang tewas di Tanggerang Selatan merupapakan warga Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya yang berprofesi sebagai tukang bubur.

Jum’at (23/12/2016), pihak kepolisian menggeledah rumah kontrakan di Kampung Legokapu Desa Sukaherang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan keterangan pihak kepolisian, rumah kontrakan itu pernah ditempati oleh Irwan Hidayat (28), salah seorang terduga teroris yang tewas saat digerebek di Tanggerang Selatan Beberapa waktu lalu.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor (PC GP Ansor) Kabupaten Tasikmalaya, Asep Muslim mengapresiasi langkah cepat Tim Densus 88 Mabes Polri dalam mengungkap jaringan terorisme.

Meski demikian, kata Asep, pengungkapan yang ada kaitannya dengan Tasikmalaya itu jadi ironisme tersendiri. Melihat fakta yang seperti itu, Asep meyakini jika Tasikmalaya tengah menghadapi masalah darurat gerakan radikalisme dan terorisme.

“Tentu semua ini bukan tanpa sebab. Ada beberapa alasan kenapa dari pelaku terorisme itu ada kaitannya dengan Tasikmalaya,” kata Asep, Jum’at (23/12/2016).

Pertama, kata Asep, kohesivitas sosial di tengah-tengah masyarakat di Tasikmalaya semakin longgar. Masyarakat cenderung individualis. Alhasil mereka acuh dan tidak peduli dengan orang-orang di sekelilingnya.

“Keadaan ini membuat pelaku teror bisa nyaman dan betah ngekos atau ngontrak di mana saja di wilayah Tasikmalaya,” ujar Asep.

Selanjutnya, kata Asep, banyak dari masyarakat yang belajar agama dari internet, tanpa bimbingan guru, ulama atau kyai yang memiliki sanad keilmuan yang jelas. Alhasil mereka salah kaprah dalam memahami ajaran agama.

“Untuk itu kami dari GP Ansor ingin kembali mengajak masyarakat untuk meningkatkan kepekaan sosial di sekelilingnya. Belajar agama ke ulama dan kyai di pesantren yang sanad atau garis keilmuannya jelas dan sampai ke Rasulalloh SAW,” pungkas Asep. (Imam Mudofar)