SINGAPARNA, (KAPOL).- Nama Pagar Nusa sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Khususnya di kalangan warga Nahdliyin atau jamaah organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama.
Di Kabupaten Tasikmalaya, Pagar Nusa menjadi salah satu organisasi sayap NU yang cukup aktif. Bahkan PC PSNU Pagar Nusa Kabupaten Tasikmalaya baru saja menggelar Konfercab (Konfrensi Cabang) ke III.
Nama Moh. Anam Nazily kembali terpilih sebagai Ketua PC PSNU Kabupaten Tasikmalaya periode 2017-2022 setelah sebelumnya menjabat sebagai Ketua PC PSNU Kabupaten Tasikmalaya periode 2012-2017. Pria yang akrab disapa Aa Azil itu terpilih secara aklamasi.
Aa Azil mengatakan selama ini eksistensi Pagar Nusa di Kabupaten Tasikmalaya sudah tak diragukan lagi baik di tingkat Provinsi Jawa Barat maupun secara Nasional. Meski keberadaannya terbilang baru, magnet NU dibelakangnya mampu menarik massa. Alhasil Pagar Nusa menjadi wadah bagi jawara-jawara dari berbagai daerah dan pondok pesantren di Kabupaten Tasikmalaya berkumpul.
“Selama ini kita latihan rutin. Sesekali kadang kita menerima tawaran untuk tampil di depan publik,” kata Aa, Sabtu (22/7/2017).
Pagar Nusa sendiri, kata Aa, memiliki tugas dan tanggungjawab yang terbilang rangkap. Di NU, ujarnya, Pagar Nusa adalah pasukan tempur yang siap siaga jika sewaktu-sewaktu ada ancaman yang datang ke lingkungan ulama-ulama NU.
“Di sisi lain, Pagar Nusa memiliki tanggungjawab untuk memperkuat pencak silat sebagai salah satu seni bela diri khas Nusantara,” kata Aa.
Alhasil dengan kondisi Indonesia yang aman dan damai ini, lanjut Aa, Pagar Nusa di Kabupaten Tasikmalaya lebih memilih untuk memperkuat eksistensi Pagar Nusa mengenalkan seni bela diri khas Nusantara ke tengah-tengah masyarakat.
“Kita membina anak-anak belia, mengenalkan sekaligus mengajarkan kepada mereka seni bela diri pencak silat,” ujar Aa.
Meski demikian, lanjutnya, jika sewaktu-waktu NU dan Indonesia membutuhkan, Pagar Nusa siap melenggang ke medan laga. Terlebih, imbuhnya, jika ada pihak-pihak yang mengancam dan berusaha menggoyah-goyahkan persatuan dan kesatuan Indonesia. (Imam Mudofar)***