JATINANGOR, (KAPOL).- Sebanyak 1.910 peserta Seleksi Penerimaan Calon Praja (SPCP) angkatan XXIX, Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) tahun 2018, dinyatakan lulus penentuan akhir (Pantuhir).
Apel pengumuman hasil pantukhir calon praja IPDN tersebut dilakukan dilapang parade IPDN Jatinangor yang langsung disaksikan langsung ribuuan orang tua calon praja.
Wakil Rektor IPDN, Drs. Reydonnyzar Moenek,M. Devt. M mengatakan, pihaknya telah menyelesaikan tahapan tes seleksi masuk sekolah calon pamong.
Dari ribuan pendaftaran, setelah menjalani serangkaian tes, hanya 1,910 calon praja dinyatakan lulus dalam penentuan akhir atau Pantukhir.
“Jumlah total keseluruhan yang melakukan pendaftaran melalui Online sebanyak 44,485 pelamar, dan yang berhasil lolos dari serangkaiian tes diantaranya tes Administrasi, TKD, kesehatan daerah, psiko, integritas dan kejujuran dan pantaukhir sebanyak 1,910,’’ ujarnya kepada wartawan seusai memimpin apel pengumuman pantukhir.
Warek menambahkan, peserta yang mengikuti tes itu berasal dari 34 provinsi. mereka yang kemudian mengikuti serangkaian tes untuk masuk ke IPDN.
“untuk bisa masuk IPDN harus melalui proses panjang. Setelah lulus Pantuhir, para peserta masih harus mengikuti lagi tes ulang kesehatan dan jiwa. Kemudian tes jasmani atau yang dikenal Samapta. Usai itu mereka wajib mengikuti tes wawancara pada sesi terakhirnya,” ucapnya.
Tak berhenti di situ, lanjut ia, usai wawancara para praja masih harus mengikuti tahap pendidikan dasar dan disiplin praja yang berlangsung selama satu bulan.
Bila ada calon praja yang tak sanggup dengan proses ini, lalu jatuh sakit, maka mereka bisa langsung mundur.
“Sudah tidak ada lagi praja titipan, atau KKN agar bisa masuk sebagai praja IPDN,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo, menegaskan tidak boleh ada lagi KKN dalam perekrutan calon praja IPDN. Bila ketahuan, akan dibatalkan keikutsertaannya dan disanksi atas tindakan tersebut.
Sesuai arahan Presiden Jokowi, kata Tjahjo, IPDN harus menjadi pusat pengembangan revolusi mental yang harus mencetak ribuan Kader Pelopor Revolusi Mental (KPRM). (Devi Supriyadi)***