CIPATUJAH, (KAPOL).-Jembatan gantung masih menjadi sarana utama bagi warga di wilayah Tasikmalaya bagian selatan.
Kondisi alamnya yang memang banyak sungai dan berbukit, jembatan gantung menjadi sarana efektif untuk menyambungkan aktivitas warga dari beberapa kampung salah satunya jembatan Sudirman.
Kini jembatan gantung tesebut dibangun kembali oleh Kepala Desa Padawaras, Yayan Siswandi. Meskipun jembatan tersebut bukan berada di wilayahnya.
Selama dua belas tahun, jembatan tersebut ambruk tertimpa pohon kelapa pada 2005 lalu. Akibatnya, warga Kampung Bantarseureuh dan Cigaru, Desa Nagrog, Kecamatan Cipatujah, yang dipisahkan oleh Sungai Cipatujah hidup terisolir dan sulit berhubungan dengan dunia luar.
Uniknya, Dua KK Kampung Bantarseureuh yakni Wawan dan Oman justru lokasi kampungnya malah ada di Desa Padawaras dipisahkan oleh Sungai Cipatujah, sedangkan kebanyakan warga Cigaru masuk lokasi Desa Nagrog.
“Sejak tahun 2000 saat saya pertama tinggal di Bantarseureuh sebelum jembatan ambruk lintasan ini merupakan jalur hidup. Karena ini satu-satunya jalan pintas yang paling dekat menuju Desa Padawaras atau jalan provinsi,” jelas Wawan saat sedang mengerjakan pembangunan jembatan gantung Sudirman disaksikan Kades Padawaras Yayan Siswandi Selasa (1/08/2017).
Sejak ambruk sambung Wawan, otomatis aktivitas warga khusus warga Cigaru jadi terisolir kendati begitu warga masih menggunakan jalur itu dengan cara menyebrang sungai.
Kades Padawaras, Yayan Siswandi menjelaskan meski jembatan gantung Sudirman yang kini sedang dibangun masuk wilayah Nagrog, namun Pemdes Padawaras bertekad bisa membangun Jembatan Gantung Sudirman itu.
“Kami ingin menghidupkan kembali jalur jalan yang dulu sempat hidup dan menjadi jalur utama bagi warga Nagrog khususnya warga Cigaru yang akan bepergian ke sekolah atau aktivitas lainnya,” jelas Yayan saat meninjau pengerjaan jembtan di lokasi.
Di tempat yang sama, Agus Bahtiar dari TPK Desa Padawaras menyebutkan Jembatan Gantung Sudirman yang dikenal warga jembatan Dirman sarana vital untuk dibangun. Pasalnya bisa membuka isolasi warga Nagrog dari dunia luar.
“Dana jembatan gantung dibiayai dari dana aspirasi dewan untuk membantu warga Bantarseureuh dan Cigaru yang sudah lama terisolasi. Ya, satu bulan lagi jembatan gantung ini rampung,” jelas Agus tanpa menyebutkan siapa anggota dewan dan berapa biaya yang digelontorkan dari dana aspirasi itu.
Nama jembatan gantung Sudirman itu menyimpan cerita misteri, yakni tenggelamnya warga Nagrog bernama Sudirman pada tahun 2005 Islam.
Saksi mata tenggelamnya Sudirman warga Nagrog Wawan menuturkan, sekitar tahun 2005-an Sudirman pulang pertandingan voliball dari arah Padawaras. Saat itu arus air sedang deras sementara rakit ada diseberangnya.
Namun, Dirman nekat menggelatung pakai eretan. Naas sedikit lagi sampai ke sebrang dia jatuh terbawa arus deras sungai.
“Sejak kejadian itu jasad Dirman hingga sekarang tidak ditemukan, kini warga yang lewat suka menyebut jembatan gantung Dirman nama aslinya Sudirman,” jelas Wawan.
Dia menuturkan saat Dirman tenggelam ia melihatnya sendiri saat itu sedang mancing tidak jauh dari lokasi kejadian. (Agung Ilham Setiadi)***