TASIKMALAYA, (KAPOL).- Selain identik dengan daerah bencana alam, Jawa Barat termasuk di dalamnya Kabupaten Tasikmalaya juga terkenal dengan tingginya angka kriminalitas di kalangan generasi muda.
Gang motor menjadi tempat berekspresi kaum muda Jawa Barat hingga kerap melakukan aksi penjarahan, pencurian dan bersentuhan dengan minuman keras. Aksi kekerasan yang dilakukan kaum muda cukup banyak terjadi belakangan ini di Jawa Barat termasuk juga Tasikmalaya.
Butuh strategis khusus dalam mewadahi kaula muda sehingga bisa lebih produktif dan tumbuh menjadi generasi yang unggul dan berkualitas. Tidak terjerembab ke dalam dunia kriminalitas.
Ketua PGRI Kabupaten Tasikmalaya, H Akhmad Juhana mengatakan, sudah menjadi hal lumrah kalau angka kriminalitas yang dilakukan kaum muda di Jawa Barat ini cukup tinggi. Buktinya banyak kasus kekerasan baik itu pencurian, jambret kenakalan remaja dilakukan oleh generasi muda. Termasuk juga minuman keras.
Pemerintah kata Akhmad Juhana harus bisa membuat wadah yang bisa menampung dan memberdayakan kreatifitas generasi muda, lewat lembaga Perlindungan dan Pemberdayaan Kepemudaan yang dilengkapi dengan Sanggar Kreatifitas Pemuda Desa.
“Harus ada wadah khusus yang bisa dijadikan wadah kaula muda berekspresi dan berkreasi. Termasuk juga para pemuda disediakan tempat khusus untuk menyalurkan minat dan bakatnya melalui sanggar kreatifitas pemuda di tingkat desa,” katanya Senin (22/1/2018).
Jelas dia, saat ini kaum muda lebih banyak mengekpresikan potensi yang ada pada dirinya di jalanan yang cenderung mengarah pada aksi kriminalitas. Itu terjadi karena mereka tidak memiliki panutan dan sarana yang bisa dimanfaatkan untuk berkreasi di daerahnya masing-masing.
“Sanggar kreatifitas Pemuda desa bisa menjadi sarana dalam menangani bencana kemanusiaan di kalangan pemuda. Dan ini mestinya menjadi pemikiran para pembuat kebijakan baik di tingkat kabupaten, provinsi dan juga pusat,” katanya.
Akhmad Juhana khawatir dengan kondisi yang terjadi saat ini, karena para pemuda lebih memilih berekspresi di jalanan tanpa terkendali. Sehingga mereka mudah disusupi oleh paham dan pandangan yang keliru hingga akhirnya berbuat anarkis dan kriminal.
Jelas harus ada upaya pembinaan yang dilakukan pemerintah kepada para pemuda yang ada di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten yang tentunya dilengkapi dengan Sanggar khusus yang bisa dijadikan tempat berekspresi.
Sanggar juga bisa dimanfaatkan untuk sarana belajar dan penerapan ahlak yang baik kepada kaum muda. Sehingga para pemuda memiliki kepribadian yang baik dan tidak terjerumus ke dalam dunia kriminalitas dan kekerasan.
Langkah itu penting dilakukan sebagai wujud “nyaah ka anak bangsa” karena sejatinya di pundak para pemuda, masa depan bangsa ini dipikul. (Abdul Latif)***