Atang Ruswita Sosok Pekerja Keras Yang Sederhana

HUMANIORA201 views

Atang Ruswita
Atang Ruswita seorang pekerja keras ulet dan autodidak dalam menuntut ilmu serta mengembangkannya di tengah masyarakat. Sampai-sampai agak sulit mengetahui kapan waktu istirahatnya. Ia juga dikenal sangat dekat dengan karyawan. Hidup sehari-hari dalam keadaan sederhana, apa adanya. Ketika makan, ia tak merasa riskan bergabung dengan para karyawan tanpa memandang status kekaryawanan.

Mantan Gubernur Jabar, Letjen (Purn.) Dr. (HC) Mashudi pernah memuji Atang bahwa yang paling menonjol dari pribadi Atang adalah kepemimpinannya yang sangat dimensi kekeluargaan. Atang mampu membangun PR dan anak penerbitan dengan pola kekeluargaan. Atang tidak menonjolkan perbedaan atasan dan bawahan tapi merangkul siapapun, sampai loper koran sekalipun.

Sampai-sampai Pendiri Kompas, Jakob Oetama pun menilai sosok Atang sebagai sosok yang bisa diterima semua pihak. Dalam setiap perdebatan kalangan pers yang lekat dengan aspek konflik kepentingan, Atang selalu mempertautkan kesamaan dibanding perbedaan.

Nilai-nilai kesundaan juga melekat pada pribadi Atang. Sangat memberi warna kepada performance “PR” di mata pembaca. Akan tetapi lekatnya kultur Sunda tidak lantas menjadikannya terjebak pada etnosentrisme sempit. Justru lewat tulisan-tulisannya, Atang menunjukkan nilai-nilai positif budaya Sunda yang relevan dengan universalisme kebenaran.

Pada 26 April 2003, keluarga besar Pikiran Rakyat merayakan ulang tahunnya yang ke-70. Ia berpidato panjang lebar, lebih dari satu jam kendati kondisi tubuhnya tidak terlalu sehat. Sebagian pidatonya disampaikan sambil duduk di kursi. Beberapa kali ia terbatuk-batuk. Napasnya tampak sesak. Ia bercerita tentang kesehariannya yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pers. Ia menakhodai Pikiran Rakyat, sekaligus pula memimpin organisasi PWI.

“Tanpa terasa sudah 25 tahun saya menjadi pengurus PWI,” katanya.

Mungkin karena lamanya aktif di PWI, ia telah menjadi teman akrab hampir seluruh pengurus PWI daerah dan pusat. Dan dua bulan dari sana, tepatnya Jum’at 13 Juni 2003, sang “Fouding Father” Kabar Priangan itu dipanggil kehadapan Allah SWT. Atang meninggal dunia sekira pukul 17.00 di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.

Almarhum meninggalkan seorang istri, Hj. Komariah, dan tiga anak yakni Januar Primadi, Maida Dwiani, Puspatriani Agustina serta puluhan cucu.

Jenazah tokoh pers nasional berdedikasi tinggi itu disemayamkan di kediamannya Jalan Ancol Timur X No. 19 Bandung dan dimakamkan pada Sabtu, 14 Juni 2003 pukul 9.00 di pemakaman keluarga di Batujajar Kabubapten Bandung, tempat desa kelahiran. (Jani Noor)***