Ayah ASI Ajak Dukung Ibu Menyusui

HUMANIORA, SOSIAL19 views

TASIKMALAYA, (KAPOL).-

Sebagian dari masyarakat masih membebani keberhasilan pemberian ASI hanya kepada kaum wanita saja. Padahal, faktor suami, keluarga terdekat, hingga lingkungan pun punya andil yang sama besarnya.

Koordinator Komunitas Ayah ASI Bandung, Veby Mayfriandi mengatakan kesuksesan seorang ibu menyusui tanpa dukungan suami hanya sampai 40 persen saja. “Tetapi ketika seorang ibu mendapatkan dukungan dari suami, angkanya meningkat hingga 98 persen. Sebegitu signifikannya, sehingga memang kami ingin mengajak dan mewadahi para ayah atau juga calon ayah, agar bisa memberikan peran terbaiknya mendukung penuh ibu memberikan ASI,” ujarnya, Jum’at (5/8/2016) kemarin.

Tak salah jika ada ungkapan, men are from mars, women are from venus. Sebab menariknya, ternyata kaum pria ini memiliki cara yang berbeda nan unik dalam mengajak kaumnya yakni para ayah untuk peduli terkait ASI. “Kalau ibu-ibunya lebih kepada cara seminar dan agenda formal lainnya, kalau para ayah ini justru melalui cara ngetweet dengan gaya bahasa yang gamblang, bahkan dianggap tabu bagi beberapa ibu-ibu,” kata dia.

Pria yang tergabung dalam Ayah ASI pun jika diperkirakan dari pengikut akun twitter, mulai dari 20 hingga 50 tahun. Yang jelas, dinilai Veby setiap keluarga memiliki case dan cerita unik masing-masing. Dengan adanya Ayah ASI, para ayah bisa berbagi pengalaman dan pengatahuannya tersebut.

“Menjadi Ayah ASI itu sangat mudah, para pria hanya perlu mengawalinya dengan cara, menyadari apabila lelaki bukan sekadar pencari nafkah saja. Tapi juga memiliki tugas dan kewajiban lain dalam keluarga, salah satunya menjadi partner dalam proses menyusui. Kita harus bisa membuat rasa aman dan nyaman kepada istri,” kata dia.

Veby menghimbau agar para ayah mau turut mencari informasi mengenai perkembangan bayi dan menyusui. “Itu modal awal, pelan-pelan kita akan peka bagaimana kondisi istri. Misalnya ketika istri kita capek, peran ayah ya jangan canggung untuk gantian menggendong bayi atau mengganti popok. Atau malah dengan memberikan kejutan-kejutan kecil supaya istri merasa senang dan tetap diperhatikan, efeknya ASI dia pun bisa lancar,” saran Veby.

Divisi Komunikasi Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Jawa Barat, Lintang Dwi Febridiani membenarkan hal tersebut. Dia mengatakan, sering kali dijumpai kasus, seorang ibu sudah semangat untuk memberikan ASI Eksklusif. Namun harus gagal, karena tidak ada dukungan dari sekitarnya.

“Makanya, keluarga itu juga harus dikondisikan. Kita sampaikan ke suami, mertua, orangtua untuk pemberian ASI ini. Tidak sedikit lho yang ibunya semangat, tapi karena keluarganya belum terinformasi, jadi ketika keluar ASI yang wajar di awal ini sedikit, malah dibilang kasian tuh bayinya nangis terus. Hal seperti ini yang akhirnya bikin down, apalagi ibu lemah habis melahirkan,” jelas dia.

Ketika suami dan istri bisa kompak dalam pemberian ASI, karena teredukasi penuh, pun bukan jaminan keberhasilan ASI. Sebab, selanjutnya, Lintang menyarankan untuk keluarga kecil bisa mencari tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang mendukung IMD.

Agar ibu bisa memperjuangkan haknya untuk bisa memberikan ASI kepada sang buah hati, sehingga cari yang ruangannya tidak dipisah, lalu juga yang menerapkan IMD, seperti itu akan sangat berpengaruh. “Akhirnya memang, keberhasilan ASI yang kami lihat tidak bisa dibebankan hanya pada ibu saja. Tapi suami, keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Sebab, kasian kalau ibu sudah melahirkan, stres, dan tidak berhasil dia juga yang disalahkan. Padahal yang buat itu gagal, karena dukungan yang kurang,” ujarnya. (Astri Puspitasari)***