JAMANIS, (KAPOL).-Sampah bagi sebagian masyarakat mungkin menjijikan. Namun bagi warga RW 1 Desa Karangmulya, Kecamatan Jamanis, Kabupaten Tasikmalaya, ini justru bisa menjadi berkah. Sebab, warga yang berada di Kampung Sanghiangteras RW 1 tersebut berhasil melakukan kegiatan sosial dari sampah.
Ko bisa? Ya, berawal ketika dua tahun lalu, warga selalu dibuat pusing dengan persoalan sampah. Tapi tidak tahu cara untuk menyelesaikannya. Hingga akhirnya, Karang Taruna Sanghiangteras mengusulkan untuk menangani sampah dengan cara dikelolanya.
Dengan catatan, warga membayar iuran penarikan sampah, meski tidak ditarget namun hanya seikhlasnya agar warga tidak terbebani.
“Saat itu warga selalu dipersoalkan dengan masalah sampah, karena memang saat itu tidak tersedia tempat pembuangan sampah sementara. Sehingga warga membuang sampah kemana saja, hingga menimbulkan permasalah,” kata Kepala Desa Karangmulya, Wahyudi Hartono kepada “KAPOL” Selasa (22/1/2019).
Menurutnya, sejak dua tahun lalu itulah, persoalan sampah yang biasa dibuang begitu saja ditangani oleh Karang Taruna. Dimana setiap sampah dari rumah-rumah diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan sementara. Upaya itu mendapat antusias dari masyarakat, meski warga ditekankan harus membayar iuran meski seikhlasnya.
Sementara oleh karang taruna, sampah tersebut dipilih dan dipilah. Dimana sampah tersebut ada yang dijadikan pupuk organik dan dijual ke petani dan ada juga sampah yang bisa dijual kembali. Uang hasil penjualan tersebut selanjutnya dikumpulkan di pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) setempat.
“Nah, uang yang terkumpul tersebut kerap digunakan untuk membantu jika ada warga yang sakit, jompo, biaya pendidikan, kepentingan sarana keagamaan dan lainnya,” tuturnya.
Dikatakan Yudi, para anggota karang taruna sudah tahu cara memilih dan memilah sampah yang bisa dijual kembali ke pengepul dan yang digunakan pupuk organik.
Uang tersebut selanjutnya dikumpulkan untuk kebutuhan kegiatan karang taruna dan kegiatan sosial lainnya. Sekarang karang taruna sudah memiliki uang kas cukup besar, sehingga tak heran jika ada warga sakit bisa memberikan sumbangan untuk berobat. Bahkan, mampu membeli keperluan sarana keagamaan.
Tujuan utamanya memang untuk menyelesaikan persoalan sampah dan sosial, sehingga bukan mencari uang tujuan karang taruna. Namun setelah berjalan, serta menghasilkan uang dari penjualan sampah dan pengumpulan iuran dari warga. Nilai sosial dari karang taruna dikedepankan dari uang itu.
Tentunya, prinsip atau cara yang dilakukan karang taruna ini semakin mendorong semangat masyarakat dalam penanganan masalah sampah. Tanpa diduga prinsip itu malah membuat warga sekitar, dari yang paling kaya sampai yang paling miskin, semakin enteng berpartisipasi.
Sampah yang biasanya dibuang begitu saja, kini bisa ditangani tanpa menyebabkan lingkungan jadi kotor. Warga lebih peduli terhadap sampah, karena manfaatnya begitu terasa. (Ema Rohima)***