TARKI, (KAPOL).- Usaha warung eceran yang menjual kebutuhan sehari-hari kerap kali menjadi pilihan bagi mereka yang ingin memulai usaha. Selain modal yang relatif kecil, pengelolaan yang dianggap mudah, dan keuntungan yang relatif besar menjadi faktor penyebab orang tertarik memiliki usaha warung eceran.
Namun sayangnya, tidak sedikit usaha mikro kecil dan menengah tersebut yang tidak berkembang, bahkan merugi karena pengelolaan yang tidak baik.
“Salah satu contoh penyebab kerugian yakni karena tidak ada pencatatan dan pemisahan antara barang yang menjadi modal usaha dengan yang dikonsumsi sendiri,” tutur Branch Manager Alfamart Bandung, Yosia Andika Pakiding, di sela kegiatan Pelatihan manajemen Ritel di Rumah Albi, Jalan Pembangunan, Kecamatan Tarogong Kidul, Kamis (28/12/2017).
Menurut Yosia, hal tersebut terungkap dari pengakuan puluhan pelaku UMKM yang mengikuti kegiatan pelatihan. Kondisi ini mendorong Alfamart sebagai salah satu ritel modern untuk menjalankan pelatihan manajemen ritel yang dapat diikuti oleh pemiliki usaha warung.
“Tujuan dari kegiatan ini di antaranya mengajak para UMKM khususnya yang juga memiliki bisnis ritel untuk memahami manajemen ritel modern. Ritel tradisional dan ritel modern sudah saatnya tumbuh berdampingan. Keduanya harus bersinergi,” katanya.
Yosia menyatakan, dalam pelatihan tersebut para peserta memperoleh materi terkait dengan manajemen penataan barang, pengaturan stok barang, manajemen keuangan (cash flow), tips mengamati tren pasar terkait produk yang sedang diminati serta pelayanan kepada konsumen.
Menurutnya, saat ini mayoritas para pedagang telah menjalankan usahanya sesuai dengan prinsip manajemen ritel modern, akan tetapi tidak mengetahui mengapa hal tersebut harus dilakukan. Contohnya dalam hal menata atau mendisplay barang dagangan.
“Mayoritas pemilik warung tak menerapkan kedaluwarsa yang dikenal dengan “first in first out” dan tidak memisahkan antara produk makanan dan bukan makanan. Padahal penataan barang dengan mengacu pada penanggalan kedaluwarsa dapat membantu kita memastikan produk layak jual,” ucapnya.
Yosia juga menjelaskan, dalam pelatihan tersebut peserta juga diberikan pemahaman mengenai pentingnya menata barang agar menarik konsumen. Bukan hanya menjaga kebersihan, pemilik warung juga harus segera mengisi barang yang cepat habis, agar jangan terjadi “lost sales” atau kehilangan potensi penjualan.
Lebih jauh diungkapkannya, pelatihan manajemen ritel ini merupakan salah satu Corporate Social Responsibility yang dijalankan Alfamart sebagai bentuk dorongan pada usaha ritel tradisional.
Alfamart juga memiliki program yang berorientasi membantu usaha mikro kecil dan menengah dengan membantu pemenuhan pasokan barang melalui program Outlet Binaan Alfamart (OBA). Pelatihan yang melibatkan para pelaku UMKM ini digelar secara rutin setiap bulan secara bergantian di setiap wilayah yang memiliki jaringan toko Alfamart.(Aep Hendy S)***