Harapan dari Kunjungan Raja Salman

TASIKMALAYA, (KAPOL).- Kunjungan Raja Salman dari Arab Saudi ke Indonesia tinggal menghitung jam. Sejumlah ulama di Tasikmalaya pun memiliki banyak harapan terutama kesatuan umat muslim tak hanya di negeri sendiri, melainkan di lingkup global.
“Kita berharap Saudi (Arabia) bisa memainkan peran yang lebih besar. Terutama di negara yang berpenduduk mayoritas muslim yang tengah dilanda konflik.
Raja dengan khodimul haramainnya bisa memerankan dan memfasilitasi negara mayoritas muslim untuk terlepas dari konflik,” ujar Ketua PC Nahdlatul Ulama Kota Tasikmalaya, KH. Didi Hudaya, Jumat (10/3/2017).
Seperti halnya, kata dia, sikap pemerintah Indonesia yang nonblok dan menolong semua negara yang dilanda konflik. Tak hanya negara yang memiliki warga mayoritas muslim saja. KH. Achef Noor Mubarok
Bersatunya umat Islam, kata Ketua MUI Kota Tasikmalaya, KH. Achef Noor Mubarok, merupakan amanat dalam Alquran. Adapun perbedaan dalam sebuah negara tidak bisa dihilangkan tetapi jika bersatu akan membangun kekuatan.
“Kisruh yang ada di negara seperti Suriah, Irak itu ada yang ingin mengail ikan di air keruh. Ketika bersatu, umat muslim akan lebih kuat dibandingkan yang menginginkan konflik. Satu orang jahat itu bisa mengalahkan 1.000 orang baik jika tidak bersatu,” ujarnya.
Achef yang pernah mengenyam pendidikan di Kairo Mesir mengatakan, kedatangan Raja Salman dan memanjangkan agendanya selama beberapa hari di Indonesia menjadi kebanggaan warga. Sebagai pengakuan dari luar negeri pada negeri ini yang kental dengan pluralitasnya.
“Kedatangannya ke Indonesia menandakan pengakuan dari dunia internasional. Hubungan kedua negara seolah-seolah tidak bisa dipisahkan. Pemerintah pun menyambut sangat baik, dan jauh dari kata berlebihan. Saya yakin, Raja akan kembali ke Indonesia tidak hanya saat ini,” ujarnya.
Meskipun tidak menyambangi Tasikmalaya, pimpinan Pondok Pesantren Darul Anba Bantargedang ini yakin kerjasama yang dibangun di pemerintahan akan mendapat dampak baik di Tasikmalaya. Tak hanya kuota haji saja, juga pendidikan di Saudi yang dikenal di dunia internasional.
“Pendidikan Saudi itu hampir seimbang dengan Mesir. Ada Umul Qura, King Abdul Aziz University. Murid itu bergantung pada kualitas pengajar,” ujarnya.
Didi Hudaya pun berharap, kedatangan Raja Salman berdampak pada kuota haji Indonesia. Penambahan akan memudahkan warga Indonesia untuk menjalankan rukun Islam yang kelima.
“Daftar tunggu kan ada yang sampai 30 tahun, kalau sekarang usianya sudah mencapai 50 tahun, kasihan terlalu lama menunggu,” katanya. (Inu Bukhari)***