Caffe “Coffe Siap”, Angkat Pamor Kopi Lokal Tasik

EKBIS22 views

SINGAPARNA, (KAPOL).-Pamor kopi lokal hasil para petani kopi Tasikmalaya hingga kini belum mampu terangkat ke pasaran. Keberadaannya bahkan nyaris tenggelam oleh kopi-kopi daerah lain seperti kopi Papandayan – Cikurai Garut serta kopi dari Pangalengan Bandung.

Padahal secara citra rasa, aroma dan class nyaris menyamai. Apalagi dengan pengolahan yang benar dan di tangan Barista (penyeduh kopi) yang tepat, maka citra rasa kopi pun kian mantap.

Persoalan demikian yang kini dicoba diangkat oleh Taufik Fansuri, Kasubag investasi daerah dan pengembangan jasa pada Bagian Perekonomian Setda Kabupaten Tasikmalaya. Dirinya bahkan membuka Cafe “Coffe Siap” di Basmen Parkir Gedung Setda Kabupaten Tasikmalaya.

Tujuannya tiada lain mengangkat pamor kopi lokal Tasikmalaya agar lebih dikenal dan disukai masyarakat. Karena kopi yang disajikan merupakan kopi hasil petani di wilayah kecamatan Kadipaten, Cibalong, Taraju dan Cigalontang.

Meski ada pula kopi dari daerah lain, sebagai alternatif bagi pencinta kopi. Minimal para PNS di lingkungan kerjanya memahami dan mencintai kopi asli hasil petani kopi Tasikmalaya.

“Bahwa kopi-kopi lokal seperti Arabika Kadipaten, Arabika Taraju dan Robusta Cibalong itu sebenarnya tidak kalah bersaing dengan kopi luar. Seperti kopi dari Sumatra, Papua dan Bali,” jelas Taufik.

Untuk pemilihan rasa memang tergantung konsumen, sebab dua jenis kopi yakni Arabika dan Robusta memiliki ciri khas citra rasa tersendiri. Jika Robusta citra rasanya lebih pait dan kental, maka Arabika memiliki citra rasa sedikit asam kecut. Keduanya memiliki penggemar masing-masing.

Begitu juga dalam segi penyeduhan, pihaknya menyajikan beragam cara dari mulai Tubruk, Vietnam drif, V.60 paper filter, Aero Press, Frence Press serta Shipon.

Dikatakan Taufik, saat ini memang tidak banyak yang mengenal citra rasa kopi lokal Tasikmalaya. Bahkan petani kopinya sendiri tidak mengenal rasa kopi sebenarnya yang mereka tanam. Pengolahan yang asal-asalan membuat citra rasa kopi menjadi tidak jelas. Petani kopi pun akhirnya memilih untuk menjual kopi mereka secara borongan ke bandar atau tengkulak.

Untuk buah kopi chery (mentah) yang dibeli Rp 6.000 per Kg dari petani, kemudian diolah hingga menjadi kopi siap seduh yang harganya bisa menjadi Rp 120.000 per Kg. Proses ke hilir tersebut yang belum ada di petani kopi Tasikmalaya. Mereka pun baru paham sebatas menanam kopi saja. Sementara tahapan pengolahan, pemasaran hingga penyajian dilakukan oleh bandar dan pengolah kopi.

“Kita pun ingin meningkatkan tarap hidup dan perekonomian petani kopi Tasikmalaya. Sebab selama ini kopi mereka dijual murah ke pengepul dan bandar,” tambahnya.

Meski baru gerakan kecil, namun gagasan ini telah dilirik pejabat Pemkab Tasikmalaya seperti Wakil Bupati Tasikmalaya, Ade Sugianto dan Sekda Tasikmalaya Abdul Kodir.

Bahkan secara resmi Ade Sugianto menyempatkan hadir untuk meresmikan Cape Coffe Siap pada Rabu (18/10/2017) lalu. Dirinya mengku kagum akan upaya ini, sebab memang masyarakat kita belum mengenal lebih jauh akan kopi lokal dari Tasikmalaya.

“Meski pun berada di Basmen parkir, tetapi gagasan dan langkah mendongkrak pamor kopi Tasikmalaya ini yang patut kita acungi jempol,” ujar dia. (Aris Mohamad F)***