TASIKMALAYA, (KAPOL).-Kondisi pasar yang dinamis, mendorong pelaku usaha konsisten berinovasi. Seperti itu juga yang tak hentidilakukan Choco Banana Cake (Coba Cake) dalam meramaikan khazanah ekonomi kreatif dua tahun belakangan.
Sukses lewat pemasaran online-nya, Coba Cake pun kini merambah jaringan pemasaran offline, melalui outlet yang menyatu dengan rumah produksi.
Sang owner, Dewi Wulandari, menyebut hal tersebut bagian dari inovasi bisnisnya. “Kita tidak ingin terlena dengan pasar yang sudah ada, dengan outlet ini tentu cara kita untuk lebih mengembangkan pasar dan menjangkau segmen baru lainnya,” ungkap dia dijumpai di lokasi Jalan Cibanjaran, Mangkubumi, Jum’at (19/1/2017) lalu
Pasalnya, kata dia, untuk kuliner sendiri peluang pasarnya nyaris tidak terbantahkan. Bahkan semakin lama pun dirasakan semakin bergeliat dari sisi animo konsumen. Sehingga, untuk meresponnya perlu adaptasi pasar yang cepat. Ditambah, toko offline penting juga untuk menambah kepercayaan konsumen.
Melalui outlet yang sengaja didesain representatif sesuai konsep bisnisnya, dengan mengusung serba pisang, Dewi ingin memudahkan konsumennya untuk memperoleh produk. “Ketimbang kita taruh di pusat oleh-oleh yang dari segi jumlah masih terbatas sekarang ini, kita coba ciptakan sendiri. Apalagi di sini juga langsung tempat produksi, sehingga buat mereka yang penasaran bisa sekalian mengintip dapur kita,” ujarnya.
Outlet coba cake yang sudah berdiri sejak akhir tahun lalu , selalu ramai dikunjungi masyarakat luar kota untuk mencari oleh-oleh. Sepanjang liburan akhir tahun lalu, Dewi mengakui ada peningkatan tajam.
“Sejak awal kita bisnis, memang ini diarahkan menjadi buah tangan khas dari Tasikmalaya. Yang mungkin kalau selama ini kan hanya ada opak, rangginang, wajit, kita coba menggeser itu. Makanya, di outlet pun kita bermitra dengan UMKM lain, mereka bisa titip produknya di sini,” sambung wanita berkacamata ini.
Menurut Dewi, tidak ada spesifikasi khusus untuk produk mitra, hanya memang yang diprioritaskan mereka yang sudah memiliki packaging alias kemasan yang apik. Hal ini menjadi penting bagi Dewi, lantaran pasar yang disasar yakni masyarakat luar kota.
“Bagaimanapun produk yang dibawa akan jadi representasi Tasik, makanya kita ingin coba tampungnya mereka yang sudah serius di kemasan,” tambah dia.
Berawal dari produk bolu pisang yang dibuat persis menyerupaia bentuk pisang asli, Coba Cake terus melahirkan turunan-turunan lainnya. Mulai dari inovasi rasa yang dibuat beragam sesuai dengan tren yang ada. Hingga juga, crispy kulit pisang, abon kulit pisang, dan minuman latte.
Dewi mengaku pihaknya tak akan berhenti sampai di sana saja. “Pisang itu termasuk bahan yang mudah dicari dan gampang diolah, kita coba eksperimen sesuai selera pasar. Juga kita akan coba ciptakan tren-tren baru lewat produk, karena salah satu yang penting di industri kuliner ya strategi demikian,” ujarnya.
Selain itu, pemasaran online yang memiliki kue besar dan dinilai paling digandrungi sampai saat ini tetap digarapnya. “Makanya, kita juga terus mudahkan mereka mencari dan bisa langsung mampir ke sini kalau ke Tasik,” tambah dia. (Astri Puspitasari)***