Maraknya coretan-coretan pada tembok dan fasilitas publik di banyak titik, saat ini dinilai sudah sangat mengganggu kecantikan kota.
Untuk itu, Gerakan Pramuka Kwarcab Kota Tasikmalaya menggandeng komunitas kreatif (Rokpungsat, UrgTsk, Sukapura Project) dan TNI melakukan kegiatan bebersih di kawasan olahraga Dadaha. Lebih dari 200 orang setidaknya, Kamis pagi, gotong royong mulai dari mengecat tembok yang dirusak, hingga memungut sampah.
Andalan Huminfo Kwarcab Kota Tasikmalaya Teguh Gusmantara menegaskan vandalisme yang kian meresahkan ini harus diperangi bersama. “Karena ini sudah luar biasa kejadiannya, ketika MTQ kemarin Stadiun Dadaha hanya semalam saja bersihnya, besok paginya sudah ada lagi. Ini tentu membuat kita miris sekali,” ujarnya dijumpai di sela kegiatan.
Sehingga, kegiatan yang termasuk ke dalam rangkaian Hari Jadi Pramuka, pihaknya pun ingin ikut memerangi masalah satu ini. Selain juga, menanamkan kepada para anggota untuk menjauhi aksi tersebut.
“Kami ingin lebih membangun kesadaran bersama, generasi muda diajarkan untuk peduli terhadap lingkungannya, dari sampah hingga termasuk yang sekarang parah ini, ya vandalisme,” pungkasnya.
Salah satu penggiat sekaligus inisiator Rokpungsat, Uyung Aria mengatakan jika masalah vandalisme pun tengah sangat disorotinya. “Ini sudah berlangsung lama dan seakan jalan di tempat, belum ada perhatian khusus. Padahal bisa dibilang kerusakannya terus bertambah,” ujarnya.
Menurut Uyung, hal itu wajar karena sejauh ini memang belum ada kebijakan yang mengarah pada efek jera pelaku. Dan lagi, dari sisi masyarakat pun, cenderung acuh dan menganggap biasa hal demikian.
“Harusnya kita sebagai warga kota ini ya punya rasa memiliki tehadap kota ini, apalagi yang dirusak ini kan selain dinding juga aset negara banyak dicorat-coret,” kata dia.
Maka itu, pihaknya pun tengah mengumpulkan inisial nama yang sering hadir di dinding dan titik kota.
“Karena sekarang kondisinya pun beda, tidak lagi nama klub, tapi lebih perorangan. Beberapa kita soroti ada nama yang terus muncul, nanti rencana akan dipublish di media sosial. Supaya berikan efek jera rasa malu, juga agar masyarakat bisa lebih sadar,” tambahnya.
Yang jelas, untuk memerangi vandalisme ini, perlu adanya sinergitas dari masyarakat, komunitas, pemerintah, aparat, hingga peran swasta.
“Kita sekarang juga lagi persiapan akan buat kegiatan Fight Againts Vandalism di bulan berikutnya, selain bentuknya pengecatan ulang, kita juga ingin sadarkan dengan buat tren baru, bahwa corat-coret itu sama sekali tidak keren. Tapi intinya ini harus juga didukung semua pihak,” pungkasnya.
Nantinya pelaku yang jika diketahui, akan dirangkul. Lalu diarahkan agar coretan itu jadi lebih ke yang indah dilihat dan bermanfaat, misal gravity. “Tapi ya disini termasuk pemerintah dan aparat juga perlu ikut menjaga hasil karya warganya,” kata dia. (Astri Puspitasari)***