Dapoer Iteung, Inspirasi Jalanan, “Pasar Jakarta-an”

EKBIS65 views
image
CEO, Dapoer Iteung, Satriawati S Anggapradja saat mengikuti pameran UKM di Jakarta yang disaksikan langsung Kementerian UKM, Aa Suprajoga dan Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil | JANI NOOR/"KAPOL"

GARUT, (KAPOL).-
Perjalanan usaha apa pun biasanya dimulai dari hal sederhana. Seperti “Dapoer Iteng” yang telah menghasilkan dua jenis makanan olahan yakni Lumpia Frozen Food dan Sambal yang dinamai Sambal Dapoer Iteng.

Dalam kurun waktu dua tahun sejak Agustus 2014 saja, produk makanan asli Garut itu telah menembus Pasar Jakarta. Terutama kelompok Ibu perumahan karena produk yang dijual bisa tahan sampai tiga bulan dengan kemasan yang diawetkan.

CEO, Dapoer Iteung, Satriawati S Anggapradja mengungkapkan, ide memproduksi makanan olahan muncul ketika ia menunggang motor. Disetiap jalan banyak sekali orang berjualan mulai yang ditangggung memasarkan makanannya pinggir jalan, sampai menetap disebuah bangunan warung atau rumah toko.

“Kenapa tidak saya juga berjualan. Toh tidak akan mengganggu pekerjaan kantoran yang sedang dijalani,” katanya, Selasa (12/4/2016).

Berdiskusilah perempuan kelahiran 29 Mei 1983 ini dengan teman kerja dia. Dan disepakati untuk membuat makanan ringan tapi dengan kemasan berbeda.

“Kala itu bagaimana ada makanan ringan tapi bisa diawetkan. Maka Lumpia menjadi sasaran. Kami ingin Lumpia ini awet dan sehat sehingga siapapun bisa menggorengnya sesuai keinginan. Maka keluarlah Lumpia Forzen Food ini,” ujar Satriawati sambil membawa contoh Lumpia.

Lumpia yang diproduksi Dapoer Iteng memang berbeda dengan Lumpia yang biasa dijual dipinggir jalan. Lumpia ini dibungkus dalam kantong yang di es kan sehingga bisa disimpan dirumah. Ibu-ibu Rumah Tangga ketika ingin Lumpia tidak perlu mencari kesana kemari tetapi dengan memiliki Lumpia Dapoer Iteng, bisa langsung digoreng sendiri dirumah masing-masing.

“Pertama bikin, tidak langsung dijual. Tapi dibagikan ke setiap yang kenal. Saya ingin menguji cocok tidaknya rasa lumpia yang saya buat,” ucapnya.

Sejak itulah, pesanan mulai berdatangan dan ketika ada pemesan, Satriawati “ngadadak” membikin lumpia dengan pilihan rasa ada rasa ayam dan bihun pedas.

Dan pesanan semakin membludak yang memakasa dia harus membuat persediaan barang.

“Sebulan bisa mencapai 1000 picis. Satu picis saya hargai dari Rp 17.500 sampai Rp 35 ribu,” tuturnya. (Jani Noor)