Tahun Ini Diperkirakan Dua kali Lipat Dibanding Tahun Lalu
TARKI, (KAPOL).-
Tahun ini, jumlah kasus demam berdarah dengeue (DBD) di Kabupaten Garut diperkirakan jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan jumlah kasus DBD di Garut saat ini dinyatakan masuk kejadian luar biasa (KLB).
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Tenni S Rifai, menyebutkan kalau jumlah kasus DBD di Garut saat ini terbilang tinggi. Hingga akhir tahun nanti, diperediksi kasus DBD di Garut bahkan akan mencapai dua kali lipat dibanding tahun lalu.
Menurut Tenni, hingga bulan Mei tahun ini, kasus DBD sudah mencapai 225 kasus. Sedangkan tahun 2015 lalu, pada bulan yang sama DBD hanya mencapai 100 kasus. Ini merupakan peningkatan yang cukup tinggi sehingga disebut sebagai KLB.
“Lonjakannya pada tahun ini memang tinggi diperkirakan mencapai dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Makanya kasus DBD di garut saat ini dinyatakan sebagai KLB,” ujar Tenni, Senin (20/6/2016).
Dikatakan Tenni, selama tahun 2016, angka kasus DBD di Garut diperkirakan akan mencapai di atas 300 kasus. Bahkan tak menutup kemungkinan angkanya bisa tembus hingga 500 kasus. Hal ini dikarenakan pengaruh cuaca dimana musim hujan di Garut yang lebih lama pada tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya.
Kemarau basah yang akan melanda Garut tahun ini, tuturnya, bisa memicu peningkatan kasus DBD karena banyaknya genangan air. Meskipun demikian, dia mengaku bersyukur tidak ada korban jiwa selama dua tahun terakhir kendati jumlah kasusnya terbilang tinggi.
Untuk menekan tingginya angka kasus DBD ini, diakui Tenni, pihaknya terus melakukan berbagain upaya pencegahan, salah satunya dengan melakukan pengasapan. Pengasapan dilakukan di sejumlah daerah yang rawan penyebaran nyamuk DBD di antaranya Garut Kota, Tarogong Kaler, Tarogong Kidul, dan Banyuresmi.
Dengan dilakukannya pengasapan ini, diharapkan bisa membunuh nyamuk dewasa.Sedangkan untuk membunuh jentik-jentik nyamuk, tambahnya, pihaknya mengimbau kepada masyarakat agar menaburkan bubuk abate, serta melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui program 3M (mengubur, menguras, dan menutup) tempat-tempat air yang menggenang.
Diterangkan Tenni, dari total 42 kecamatan di Garut, lima kecamatan masuk daerah endemis pada 2015. Kelima kecamatan itu bertada di kawasan perkotaaan yaitu Garut Kota, Tarogong Kidul, Tarogong Kaler, Banyuresmi, dan Karangpawitan. Untuk kasus DBD palingb tinggi terjadi di Tarogong Kaler dan Tarogong Kidul.
Dengan kondisi cuaca seperti saat ini dimana musim hujan lebih lama, Tenni memprediksi pada tahun 2016 ini jumlah daerah endemis DBD di Garut akan mengalami penambahan menjadi sebelas. Perkiraan ini bukannya tanpa alasan karena enam daerah yang sebelumnya tak pernah terkena DBD, tahun ini banyak kasus.
Doni Martin (36), warga Kampung Pasirmuncang, Desa Haurpanggung, Kecamatan Tarogong Kidul, menyebutkan, sekitar 40 warga di wilayahnya yang diduga terserang DBD. Dia mengaku tidak tahu bagaimana DBD bisa menjangkiti puluhan tetangganya.
“Saya juga harus menjalani perawatan selama satu minggu karena terkena DBD. Padahal, lingkungan rumah saya bersih,” ujar Doni.
Karena tingginya jumlah warga yang terjangkit, kata Doni, pihak RW di kampungnya sudah mengajukan pengasapan ke Dinas Kesehatan. Sayangnya, pihak dinas mengaku tidak mempunyai anggaran untuk melakukan pengasapan.
“Padahal, sudah banyak warga yang terkena DBD. Dinas seharusnya segera mengambil langkah. Apalagi, Tarogong itu wilayah endemik,” katanya.
Doni pun mendesak Pemkab Garut cepat tanggap dan tak berdiam diri hanya karena tak memiliki anggaran. “Pemerintah harus cepat tanggap. Jangan memandang sebelah mata penyakit DBD,” ujarnya.(Aep Hendy S)***