JAKARTA, (KAPOL).- Meski dukungan terus mengalir, Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat, Dedi Mulyadi belum memutuskan kesiapan mengikuti kontestasi Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018 mendatang.
Ketimbang terlihat terlalu percaya diri, Dedi yang masih menjabat Bupati Purwakarta ini lebih memilih mengukur diri dulu sebelum mengambil keputusan yang sangat penting tersebut.
“Kalau kata orang Sunda mah kudu ngukur awak sakujur dulu (melihat keseluruhan dari diri sendiri),” kata Dedi usai menjadi pembicara dalam Kongres Nasional Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan yang diselenggarakan Komnas HAM di Balai Kartini Jakarta, Kamis (16/3/2017).
Menurut Dedi, harus dipahami dulu aspek kultur masyarakat, sebab Jawa Barat sudah menjadi provinsi yang penuh keanekaragaman.
“Maka saya harus melakukan penelaahan lebih dalam lagi karena di Jabar ada sunda juga jawa. Saya harus mengukur diri mampu apa tidak,” ujarnya.
Kemampuan personal, tutur Dedi, hal yang harus diperhatikan dalam memimpin Jawa Barat. Kemampuan ini harus melahirkan solusi bagi kompleksitas problematika ekonomi penduduk Jawa Barat yang juga beranekaragam mulai dari petani, pedagang, nelayan, buruh dan yang lainnya.
“Bisa tidak saya larut, saya manunggal dengan mereka ?. Maka sampai saat ini masih mengukur diri,” ucapnya.
Untuk itu, pemahaman terhadap adat kebiasaan masyarakat sunda harus menjadi perhatian siapapun yang ingin mencalonkan diri sebagai Gubernur di Jawa Barat, karena pengetahuan terhadap aspek ini akan menjadi bekal dalam melakukan pergerakan politik.
“Kita faham gak dengan bahasa mereka ?. Ada Sunda Banten, ada Sunda Priangan, Jawa Cirebonan, Jawa Indramayuan, Jawa Panturaan. Sebagai orang desa, ya saya harus ngukur diri dulu,” tutur Dedi.
Saat ditanya apakah setelah mengukur diri akan menyatakan kesiapan, Dedi berseloroh persoalan Pilgub bukanlah upacara bendera atau kuis.
“Jangan siap-siap, dikira upacara bendera nanti. Kalau ditanya apakah bersedia, ini juga bukan kuis. Saya fokus bekerja dulu lah, seperti air mengalir karena nanti juga akan terjawab oleh ketentuan publik dan ketentuan alam,” kata Dedi. (Jani Noor)***