BANJAR, (KAPOL).- Masyarakat dituntut berperan aktif dalam menciptakan penyiaran yang sehat. Untuk itu, diperlukan banyaknya komunitas pengawas penyiaran. Karena, ada di antara dampak langsung atau pengaruh tivi pada remaja.
Contohnya, cara berpakaian, gaya hidup konsumtif, budaya instan, bahasa alay, permisif dan tidak taat aturan.
Bahkan, terakhir ini kian banyak ditayangkan contoh kekerasan, seperti berita tawuran sekolah, perkelahian pemain bola, sinetron anak dan berita tentang ospek, genk motor serta balapan liar.
Hal itu dikatakan Wakil Gubernur Jabar, Deddy Mizwar, seusai menghadiri acara ” Peningkatan Pemahaman Literasi Media Penyiaran Bagi Lembaga Pendidikan Tahun 2017 “, di SMAN 1 Banjar, Kamis (26/10/2017). Ia berharap masyarakat Jabar cerdas ketika menonton siaran televisi.
“Tayangan negatif sudah seharusnya difilter. Diantaranya dengan ilmu agama dan keimanan. Karena, situs forno misalnya, kian mudah diaksés sekarang ini,” ujar Demiz.
Menurutnya, anak ada di sekolah hanya 8 jam per hari. Tak mungkin guru atau orang tua berhasil memantau anak-anak selama 24 jam setiap harinya.
Lebih lanjut dia mengaku heran, banyak masyarakat yang seolah “tersihir” adegan film, dengan mudahnya ada yang sampai menangis.
“Dari 536 izin penyiaran yang diterbitkan di Jabar, sebanyak 150 itu izin siar televisi dan sisanya radio. Berlatar banyaknya penyiaran itu, diharuskan banyak Komunitas Pengawas di Jabar sekarang ini,” ujarnya.
Ketua KPID Jabar, Dedeh Pardiah, mengharapkan masyarakat lebih cerdas memilah dan memilih media, menonton konten siaran yang positif.
Menurutnya, pamirsa cerdas dan kritis, berhak untuk mengadukan atau melaporkan tayangan yang dinilai tidak pantas atau tidak benar ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), baik pusat atau daerah, atau kepolisian.
“Saat ini sudah diperogramkan Gerakan Masyarakt Penyiaran Ceras (Gemas),” ujarnya.
Adapun di antara tujuan penyiaran itu, kata dia, memperkukuh integrasi nasional dan terbinanya watak atau jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa.
Walikota Banjar, Hj. Ade Uu Sukaesih mengakui, medsos berkembang cepat. “Masyarakat diharuskan cerdas memilih madu dan racun. Istilahnya, mulutmu harimaumu. Jangan sampai perkembangan medsos tersebut, menjadikan jarimu nerakamu ,” ucapnya.
Pada kesempatan itu, Ketua Panitia Seminar Setengah Hari, Irianto Edi Parmono, mengatakan, media sudah menjadi gaya hidup. Diharuskan ada sisi positif yang menyajikan dan memberikan manfaat untuk masyarakat.
“Kami berharap dari 75 peserta yang berasal dari 27 sekolah sekarang ini, nantinya menjadi agen literasi media penyiaran lembaga pendidikan,” tuturnya.
Usai acara, kehadiran Jendral Naga Bonar atau “Demiz” berakhir ricuh, akibat rebutan hadirin yang ingin difoto bersama dengan Wakil Gubernur Jabar yang juga calon gubernur Jabar tersebut. (D.Iwan)***