TASIKMALAYA, (KAPOL).- Para sarjana dari desa harus mampu menjawab era perdagangan bebas yang saat ini sudah mulai menggempur desa. Langkahnya dengan kembali ke desa membangun desa agar lebih maju dan masyarakatnya lebih sejahtera.
Direktur Institut Sarjana Desa, (isdesa) Deni Ramdani Sagara memandang sudah saatnya para sarjana kembali ke desa untuk membangun tatanan desa bisa lebih baik lagi.
Disadari atau tidak, kondisi desa saat ini sudah jauh mengalami perubahan sebagai dampak arus teknologi dan kemajuan jaman. Desa yang tadinya hijau, subur, budaya gotong royong berkembang bagus, saat ini mengalami transformasi menjadi daerah yang gersang, banyak sumber mata air rusak dan budaya gotongroyongnya hilang.
“Makanya para sarjana desa harus kembali ke desa. Bagaimana desa kembali menjadi lokasi yang bagus dan ekonomi masyarakat berkembang pesat. Para sarjana harus menjadi motor pergerakan di desa,” jelasnya.
Dari hasil pertemuan dengan para sarjana desa dari berbagai wilayah di Priangan Timur di Kantor Redaksi HU Kabar Priangan minggu lalu, bisa disimpulkan kalau di desa butuh penggerak di bidang pemberdayaan. Sehingga masyarakat bisa kembali mendapatkan ruhnya sebagai masyarakat desa yang mandiri maju dan sejahtera.
Kenapa sumber mata air hilang, sektor pertanian berkurang, budaya hilang, gotongroyong juga hilang, karena memang spirit untuk membangun desa sudah hilang di kalangan masyarakat sebagai dampak dari arus globalisasi.
“Dan itu semua bisa diatasi dengan mengembalikan kembali semangat masyarakat untuk memelihara desa. Langkah itu bisa dilakukan oleh para sarjana. Sehingga sarjana yang saat ini nyaman di kota mari kembali ke desa untuk membangun desa,” jelasnya.
Deni mengaku terpanggil untuk mengajak para sarjana kembali ke desa agar desa bisa menjadi pusat pertumbuhan di daerah dan bangsa. Ini penting dilakukan, karena sejauh ini belum ada tokoh yang mencoba menggerakan para intelektual, untuk membangun desanya sendiri.
Sarjana kata dia harus menjadi pelopor dalam membangun sumber mata air, membangun sumber pangan membangun budaya dan melawan globalisasi dengan aksi nyata, sehingga desa bisa mandiri secara pangan dan luhur dari sisi budaya.
“Sarjana desa kudu puguh tangtunganana jelas udaganana, hayu urang balik ka desa, ngawangun desa masing-masing, lain ngabangun desa batur,” jelasnya.
Empat tahun setelah Indonesia merdeka, Bung Hatta pernah mengajak semua intelektual orang Indonesia yang berada di luar negeri untuk pulang membangun Indonesia lebih baik lagi. Dan itu harus dilakukan kembali saat ini oleh para sarjana untuk memberikan solusi bagi kemajuan daerah dan bangsa.
Sejauh ini Deni sudah melakukan upaya merekoveri desa tempat tinggalnya dengan menjadi Anggota DPRD di Kabupaten Tasikmalaya. Dulu saat dirinya masih bergelut dengan dunia usaha, jalan ke daerahnya rusak parah. Sehingga Ia memutuskan untuk berkifrah di dunia politik.
“Tujuan saat itu hanya satu ingin memperbaiki jalan, karena jalan ke Sukahening kondisinya rusak berat, dan saat ini alhamdullilah jalan sudah mulus dan perlahan kita perbaiki juga jalan fikir masyarakat, “katanya.
Untuk itu para sarjana desa harus kembali ke desa dengan segala potensi yang dimilikinya dengan mengambil peran di berbagai sektor sehingga keberadaan sarja desa bisa memberi manfaat kepada masyarakat yang lebih luas lagi.
“Siapapun bisa mengambil peran menjadi apa pun saat ini maka potensi ini harus bisa diambil oleh para sarjana di desa agar bisa memberi manfaat kepada masyarakat lebih luas lagi. Kalau ada peluang untuk menjadi kepala daerah ambil peluang itu, atau juga peluang menjadi anggota legislatif kenapa tidak,” jelasnya. (Abdul Latif)***