TASIKMALAYA, (KAPOL).-Untuk bisa bangkit dan berkembang menjadi daerah yang maju, harus membangu semangat kebersamaan di antara semua golongan dan warna yang ada di lingkungan masyarakat.
Perbedaan pilihan, beda golongan, beda partai politik harus dijadikan kekuatan untuk mencapai kemajuan yang lebih pesat. Karena perbedaan merupakan sebuah rahmat yang jika dihimpun akan menjadi sebuah harmoni yang indah.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Parta Amanat Nasional (DPD PAN) Kabupaten Tasikmalaya, Deni Ramdani Sagara mengatakan, yang harus dibangun saat ini, bagaimana masyarakat memiliki pandangan yang sama untuk maju dan selalu berfikiran positif serta mau bekerja keras.
“Masyarakat jangan malah dikontak-kotak dan terus diberi pemahaman yang keliru dan diarahkan agar terus mempermasalahkan apa yang telah terjadi. Termasuk diprovokasi agar menebar kebencian dan melakukan balas dendam. Ini pandangan salah dan keliru yang harus dihindari,” kata Deni kemarin.
Justru kata dia, saat ini semua kalangan baik elit politik, pemerintah dan masyarakat harus memiliki pemikiran yang sama bagaimana caranya biasa bangkit dan membangun daerah lebih maju lagi.
Perbedaan pilihan dalam pemilukada jangan malah diperbesar menjadi konflik sosial di kalangan masyarakat, karena pilkada hanya salah satu cara dalam memperbaiki kondisi di daerah. Jangan samapi satu sama lain saling menjatuhkan dengan mencari kesalahan pihak lain.
Justru sebagai masyarakat yang baik, kata Deni harus bijak dalam menghadapi persoalan dan dinamika yang ada. Semua harua memiliki pandangan yang sama ingin membangun daerah dan bangsa ini lebih baik lagi. Yang berwarna biru, hijau, kuning merah dan putih memiliki tujuan yang sama untuk membangun daerah dan bangsa ini jauh lebih maju dan lebih sejahtera dari sebelumnya.
Sebagai masyarakat yang tinggal di negara yang memiliki latar sejarah panjang, jelas Deni mestinya bisa berkaca pada perisitiwa yang menimpa Galuh Sunda di abad 13 silam. Di mana rombongan raja dan permaesuri Galuh dibuhun secara brutal oleh pasukan Majapahit di Bubat.
Hebatnya tegas dia, Niskala Wastu Kancana satu-satunya keluarga kerajaan yang selamat karena tidak ikut ke Bubat tidak larut dalam alam dendam dan kebencian. Justru ia berfikir positif dan bekerja keras bagaimana membangun daerah lebih maju dan masyarakat lebih sejahtera. Dan ia behasil membangun Galuh menjadi kerajaan yang maju dan berkembang pesat.
“Dalam sebuah kisah Galuh tumbuh menjadi kerajaan yang maju dan pesat. Bahkan Wastu Kancana menjadi raja hingga 104 tahun. Yesterday was yesterday and never come back anymore, today and tomorrow must be better than yesterday,” tegas Sarjana Filsafat UGM itu.
Langkah lain yang harus dicontoh kata dia apa yang diambil oleh masyaraka Cina. Pada dekade tahun 1958 hingga 1962 Cina dilanda krisis hebat hingga rakyatnya kelaparan. Selama krisis terjadi setidaknya ada 53 juta jiwa yang meninggal dunia. Tahun 1959 Cina dilanda banjir hebat dan setahun kemudian dilanda kekeringan yang juga hebat. Warga terpaksa memakan tanah sebagai pengganti makana agar bisa bertahan hidup.
Namun negara itu mampu membangkitkan semangat warga untuk terus berjuang ke luar dari krisis dahsyat tersebut. Ajaibnya setelah 50 tahun, Cina bisa berkembang menjadi negara kuat di Asia bahkan di Dunia. Saat ini Cina bisa mengeksport buah-buahan dan bahan sayuran ke berbagai negara termasuk Indonesia.
“Etos kerja warga Cina sangat luar biasa ditambah dengan peran pemerintah terhadap sektor pertanian sangat tinggi. Cina berhasil membangun sektor pertanian dengan terkonsep. Dan yang paling utama mampu membangkitkan semangat masyarakat untuk berfikir positif dan kerja keras untuk bangkit,” kata Deni yang pernah bekerja di Cina.
Begitu juga Jepang, setelah dua kota besarnya di bom atum hingga luluh lantak, negara itu bisa bangkit kembali dengan etos kerja yang tinggi dan kini bisa tumbuh menjadi negara kuat di dunia.
Apa yang dilakukan Galuh, Cina dan Jepang setidaknya bisa diadopsi di negeri ini. Apalagi secara geografis dan potensi alamnya sama bagus. Tinggal bagaiman peran elit bisa membangun semangat kebersamaan dan semangat kerja keras di kalangan masyarakat hingga tumbuh menjadi daerah yang maju dan sejahtera.
Mengenai bekerja keras Deni mengaku selalu ingat dengan kata kata Kang Edi Darnadi mantan Kapolda Jabar yang sekarang jadi Wakil Ketua Umum DPP PAN. Kata Pak Edi “sakali tampil kudu berhasil”, dan itu harus dijadikan etos kerja oleh semua kalangan termasuk masyarakat.
“Mengenal dan mengambil pelajaran dari sejarah untuk hari ini dan esok lebh baik, open mindset kekinian sesuai perkembangan dengan pijakan jati diri sebagai bangsa yang berideologi pancasila,” katanya.
Deni juga menyebutkan, untuk menjadi besar tidak harus menjelakan pihak lain, tetapi dengan terus melakukan kebaikan demi kebaikan. Karena membicarakan kejelekan orang lain adalah cara tidak jujur untuk memuji diri sendiri. Cukup lakukan kebaikan-kebaikan yang bisa dilakukan waku akan membuktikan kebaikan tersebut.
Ia mencotohkan dengan soal yang diberikan seorang guru di kelas yang meminta anak-anak untuk memperpendek sebuah garis yang dibuatnya pada papan tulis. Satu dua tiga orang anak menghapus sebagian garis tersebut hingga ukurannya pendek. Namun ada satu orang anak yang membuat garis lebih panjang sejajar dengan garis yang sudah pendek.
“Jadi untuk membuat garis lebih pendek tidak harus menghapusnya. Tetapi dengan membuat garis lebih panjang, sehingga garis pertama dengan sendirinya terlihat lebih pendek. Begitu juga dalam kehidupan tidak harus menjelekan orang lain tetapi kita harus bekerja lebih baik lagi dan terus lebih baik,” pungkasnya. (Abdul Latif)***