Deni Sagara: “Punten Kapayunan Harus Jadi Semangat Baru Pemuda Sunda

EDUKASI35 views
Direktur Institut Sarjana Desa atau Institut Desa, Deni Ramdani Sagara memberikan arahan pada Rakorda IMM Jawa Barat di Bandung.***

BANDUNG, (KAPOL).-Kebiasaan “mangga ti payun” yang menjadi ciri khas urang sunda harus dirubah. Saat ini para generasi muda utamanya mahasiwa dan sarjana harus berani mengatakan “punten abdi tipayun” atau “punten kapayunan”.

Hal itu ditegaskan Direktur sekaligus pendiri Institut Sarjana Desa atau Institut Desa (isdesa) Deni Ramdani Sagara dihadapan para mahasiswa pada Rapat Koodinasi Daerah (Rakorda) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Jawa Barat di Hotel Karang Setra Bandung Rabu (24/5/2017).

“Kita jangan terus melihat ke belakang, tetapi harus melihat jauh ke depan. Saat ini di era modern siapa pun, dari mana pun, bisa menjadi apapun. Jadi para pemuda harus berani membuat sejarah baru. Punten abdi ti payun atau punten kapayunan harus menjadi semangat baru pemuda sunda,” jelasnya.

Deni sejauh ini terus berusaha membangunkan kaum muda untuk berani bergerak membangun daerah atau desanya masing-masing melalui gerakan isdesa.

Ia diundang secara khusus oleh IMM Jawa Barat untuk memberikan arahan kepada para pengurus IMM Kota Kabupaten di Jawa Barat yang hadir dalam kegiatan tersebut.

Selama lebih satu jam, Deni Sagara membakar semangat para mahasiwa untuk berani bergerak dan bermimpi membangun negri. Mahasiswa yang hadir kata dia merupakan mahasiswa pilihan dan memiliki kesempatan besar untuk maju.

Mahasiswa memiliki ide dan gagasan yang jauh lebih baik dan lebih bagus dari mereka yang tidak kuliah. Makanya ide dan gagasan itu harus bisa dimanfaatkan untuk kemajuan daerah bangsa dan negara.

“Karena tidak sedikit orang yang tidak bisa kuliah dan menjadi mahasiwa. Potensi itu harus bisa dimanfaatkan untuk kebaikan. Kalau tidak sekarang kapan lagi,” tegasnya.

Untuk bisa sukses, tegas dia mau tidak mau para mahasiswa harus berani melakukan hal yang tidak biasa. Dan jangan melalukan hal yang biasa-biasa saja.

“Kita harus jadi orang yang lebih baik dan lebih sukses dari sebelumnya. Kemajuan orang lain bukan harus dilawan, tetapi dihadapi, dipelajari, diikuti dan dikuasai,” ucapannya.

Untuk itu ia mengajak para mahasiwa bergerak bersama, saling membesarkan satu sama lain, saling memguatkan, membangun jejaring dan bergotong royong secara intelektual untuk kemajuan daerah bangsa dan negara.(Abdul Latif)***