PANGANDARAN, (KAPOL).-Akibat gempa bumi berkekuatan 7,3 skala richter di wilayah barat daya Kabupaten Tasikmalaya pada Jumat (15/12/2017) dini hari pukul 23.52 WIB, tercatat sebanyak 221 rumah di Kabupaten Pangandaran dilaporkan mengalami kerusakan.
Gempa yang sempat membuat panik warga khususnya di Kabupaten Pangandaran dilaporkan sebanyak 20 warga yang mengalami luka akibat tertimba reruntuhan bangunan saat gempa mengguncang.
Menurut Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (DPKPB) Kabupaten Pangandaran, Nana Ruhena, berdasarkan hasil laporan bahwa kerusakan bangunan akibat gempa pada Jumat dini hari tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Pangandaran.
“Data masih terus bertambah, karena kami masih menghimpun laporan dari tiap desa dan kecamatan, sampai hingga pukul 16.00 Wib telah terlapor sebanyak 221 bangunan yang mengalami rusak akibat gempa. Dari 221 tersebut kata Nana terdiri dari 132 rumah mengalami rusak ringan, 47 rusak sedang dan 42 rusak berat. Ada kemungkinan jumlah kerusakan akan berubah,” ungkap Nana, Sabtu, (16/12/2017).
Data laporan yang diterima oleh Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Penanggulangan Bencana tersebut, kata Nana, selanjutnya akan dilakuka verifikasi.
“Setelah semua laporan dari tiap-tiap desa masuk ke kami, nanti akan di verifikasi kembali sehingga benar-benar akurat,” ujarnya.
Pihaknya mengimbau kepada warga agar tetap tenang dan waspada karena saat ini kondisi sudah kembali normal dan prakiraan cuaca cukup baik untuk wilayah Kabupaten Pangandaran.
Nana menambahkan, tidak ada korban jiwa akibat gempa, namun sebanyak 20 warga terluka dan dilarikan ke puskesmas terdekat.
“Ada juga yang patah tulang dan harus dirujuk, sebagain masih dirawat karena terluka akibat reruntuhan bangunan dan sebagain lagi sudah pulang ke rumahnya,” ujarnya.
Lanjut Nana, DPKPB bersama Dinas Sosial terus melakukan pemutahiran jumlah korban gempa bumi. Pihaknya pun mulai menyalurkan bantuan logistik dan tenda kepada korban.
“Warga yang rumahnya rusak berat mengungsi, sebagian ada yang tinggal di rumah kerabatnya, namun kami juga sudah menyalurkan tenda,” ungkapnya.
Pantauan saat terjadinya gempa berkekuatan 7,3 SK pada Jumat dini hari tersebut, tampak warga dan wisatawan yang berada di dekat pantai sempat berhamburan ke luar bangunan dan mengevakuasi diri ke daratan yang lebih tinggi.
Namun beberapa saat, warga dan wisatawan mulai kembali ke rumah dan penginapannya masing-masing pasca BMKG mencabut status peringatan dini tsunami pada pukul 02.37. Aktivitas warga berangsur normal, sejumlah obyek wisata tidak terganggu, meskipun sebagian wisatawan memilih untuk kembali lebih cepat pasca gempa terjadi.
Pada malam itu sempat terjadi antrian kendaraan, bahkan pejalan kaki yang berusaha menyelamatkan diri di jalur evakuasi menuju daratan tinggi, seperti yang terpantau di lokasi pengungsian di sepanjang Desa Purbahayu.
Ratusan warga banyak yang menumpang di rumah penduduk setempat dan mesjid, bahkan ada yang hanya duduk-duduk saja di pinggir jalan sambil menunggu perkembangan selanjutnya dari Pusdalops atau BMKG melalui jaringan internet.
Bahkan yang mirisnya, ada rumah permanen berlantai dua milik salahsatu warga di Dusun Pondok Lombok Desa Sidomulyo, Kecamatan Pangandaran mengalami ambruk pada saat gempa mengguncang. Atas peristiwa tersebut istri pemilik rumah Ny Rianto yang pada saat itu sedang hamil tua langsung melahirkan setelah di bawa ke Puskesmas Pangandaran.
Atas kejadian gempa bumi tersebut, dikabarkan Pemerintah Daerah Kabupaten Pangandaran, malam ini juga akan melakukan rapat teknis di aula Setda di Parigi yang dipimpin langsung oleh Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata dan Wakil Bupati Adang Hadari. (Agus Kusnadi)***