GARUT, (KAPOL).- Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Garut menilai pihak Rumah Sakit Umum (RSU) dr. Slamet Garut telah melakukan kesalahan dalam kasus kadaluarsanya ratusan labu darah di PMI Kabupaten Garut.
DPRD meminta pihak PMI dan RSU memperbaiki komunikasi sehingga ke depannya kasus serupa tidak smpai terulang.
Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Garut, Asep D Maman, mengatakan pihaknya telah memanggil pihak PMI Garut dan RSU dr. Slamet Garut menyusul kasus kadaluarsanya ratusan labu darah di PMI Garut.
Hasil pertemuan yang dilakukan di ruang rapat Komisi D DPRD Garut tersebut, bisa disimpulkan adanya kesalahan yang dilakukan pihak RSU dalam kasus tersebut.
“Kami baru saja mendewngar keterangan lebih jauh dari pihak PMI dan RSU dr. Slamet Garut terkait kasus kadaluarsanya 200 labu lebih darah di PMI Garut. Hasilnya, kami melihat ada kesalahan yang dilakukan pihak RSU dr. Slamet sehingga kami minta untuk diperbaiki agar tidak smpai terulang kasus yang sama,” ujar Asep saat ditemui seusai memimpin pertemuan antara pihak PMI dan RSU Garut, Selasa (24/10/2017).
Salah satu kesalahan yang dilakukan pihak RSU dr. Slamet Garut, tutur Asep, adalah perjanjian yang dibuat antara RSU dr. Slamet dengan PMI Kabupaten Bandung secara hukum tidak tepat. Secara jejaring pun RSU dr. Slamet sudah salah karena langsung berhubungan dengan PMI Kabupaten Bandung.
Asep mengaku sangat menyesalkan keteledoran yang dilakukan pihak RSU dr. Slamet Garut. Apalagi menurutnya selama ini cukup banyak temuan kesalahan bahkan pelanggaran yang dilakukan pihak RSU dr. Slamet lainnya.
“Ini bukan kesalahan pihak RSU dr. Slamet satu-stunya yang kita temukan selama ini. Banyak lagi kesalahan lainnya yang sebetulnya tidak perlu terjadi,” katanya.
Menurut Asep, kesalahan yang dilakukan pihak RSU dr. Slamet banyak terjadi pada perjanjian yang dilakukan dengan pihak lain yang dilakukan di bawah tangan atau tak sesuai prosedur.
Ini menandakan pihak RSU dr. Slamet Garut yang sama sekali tidak memahami urusan hukum.
Oleh karena itu, tambah Asep, pihaknya menyarankan agar di RSU dr. Slamet Garut ada ahli di bidang hukum sehingga ke depannya tak ada lagi kesalahan-kesalahan yang dilakukan yang berpotensi menimbulkan kerugian materi bahkan berpotnesi munculnya gugatan.
Asep mencontohkan, seperti dalam kasus kerjasama yang dijalin pihak RSU dr. Slamet Garut dengan PMI Kabupaten Bandung dimana pihak RSU langsung mengambil darah ke Kabupaten Bandung.
Kalau pihak RSU mengerti tentang aturan, seharusnya hal itu tidak dilakukannya karena yang seharusnya mengambil darah ke Bandung itu pihak PMI setempat.
“Apalagi selama ini kan sudah ada kerjasama yang tertuang dalam MoU antara pihak PMI Garut dengan pihak RSU dr. Slamet Garut dalam hal penyediaan darah. Kenapa RSU harus mengambil langsung ke PMI Kabupaten Bandung secara langsung sehingga menyebabkan ratusan labu darah yang ada di PMI Garut jadi tak terpakai dan akhirnya kadaluarsa,” ucapnya.
Di sisi lain, tuturnya, pihak PMI Garut juga sudah menyatakan kesanggupannya untuk memenuhi setiap kebutuhan darah sesuai yang diajukan pihak RSU.
Kalaupun ada permintaan darah dari pihak RSU yang tidak bisa terpenuhi PMI, hal itu karena pihak RSU selalu minta secara mendadak, hari ini minta hari ini pula harus ada. Ini tentu akan menyulitkan pihak PMI karena seharusnya ada jeda waktu dua hari dari permintaan ke penyediaan darah.
Terkait kerugian yang dialami PMI Garut atas kedaluwarsanya 200 labu lebih darah, dari hasil pertemuan jika RSU dr. Slamet tak bertanggung jawab.
Menurutnya bisa saja PMI Garut menuntut, hanya saja dalam klausul kerja sama tak disebutkan masalah ganti rugi jika ada darah kedaluarsa.
“Kami rekomendasikan ke depannya untuk melakukan perjanjian di depan notaris. Jadi jika ada wanprestasi, masing-masing pihak bisa dituntut,” kata Asep. (Aep Hendy)***