TASIKMALAYA, (KAPOL).-
Payung geulis merupakan ikon Kota Tasikmalaya. Miniatur payung geulis banyak ditemui di berbagai sudut jalanan utama Kota Tasikmalaya. Di perempatan Jalan HZ. Mustofa dan Jalan Siliwangi Kota Tasikmalaya. Miniatur payung geulis disematkan meski dengan bentuk yang kecil dari kurang estetis.
Pada perhelatan MTQ ke 34 tingkat Jawa Barat kemarin misalnya. Kota Tasikmalaya yang ditunjuk sebagai tuan rumah mencoba memunculkan ikon utama Kota Tasikmalaya, Payung Geulis.
Berbicara soal payung geulis, tentu masih banyak yang belum tahu tentang eksistensi payung geulis di Kota Tasikmalaya. Kapol akan mencoba menguraikan tentang eksistensi payung geulis dari masa ke masa. Sampai akhirnya payung geulis ditetapkan sebagai ikon Kota Tasikmalaya.
Pemilik galeri sekaligus pengrajin payung geulis di Kampung Panyingkiran Kota Tasikmalaya, Yayat Sudrajat mengatajan masyarakat Tasikmalaya telah mengenal payung Sieum sejak 1900. Pada masa itu, payung geulis dikenal sebagai payung Sieum. Payung ini digunakan masyarakat untuk berteduh dari hujan dan panas.
“Orang-orang Belanda yang ada di Tasikmalaya pada waktu itu, khususnya kaum perempuan tertarik menggunakan payung Sieum,” kata Yayat, Minggu (24/04/2016) siang tadi.
Kini, lanjut Yayat, payung Sieum lebih dikenal masyarakat dengan sebutan payung Geulis. Payung geulis merupakan salah satu produk ekonomi kreatif yang diciptakan oleh sebagian besar masyarakat Kampung Panyingkiran pada waktu itu.
“Seiring berjalannya waktu, payung geulis ini kemudian menjadi ikon Kota Tasikmalaya,” ujar Yayat. (Imam Mudofar)