Eksistensi Payung Geulis dari Masa ke Masa 3

EKBIS32 views

image

TASIKMALAYA, (KAPOL).-

Produksi payung geulis di Kota Tasikmalaya sempat mengalami masa keemasan di sekitar tahun 1950an. Memasuki kurun 1980an, produksi payung geulis menurun drastis. Banyak pengrajin payung geulis yang gulung tikar kala itu

Pemilik galeri sekaligus pengrajin payung geulis di Kampung Panyingkiran Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya, Yayat Sudrajat mengisahkan saat itu hampir tidak ada lagi yang memproduksi payung geulis. Usaha payung geulis dianggap sudah tidak lagi menguntungkan.

“Masyarakat sudah tidak tertarik lagi untuk menggeluti produksi payung geulis. Karena kalah dengan payung kain dan plastik,” kata Yayat, Minggu (24/04/2016) siang.

Menjelang akhir periode 1980an, lanjut Yayat, Uwanya yang bernama Sahrod mencoba menghidupkan kembali produksi payung geulis yang merupakan warisan nenek moyang warga Kampung Panyingkiran. Lambat laun eksistensi payung geulis kembali hadir di tengah-tengah masyarakat. Meskipun ada peralihan fungsi dari yang semula sebagai alat berteduh, kali ini payung geulis hanya digunakan sebagai hiasan ataupun properti upacara adat tertentu.

“Masyarakat menganggap payung geulis ini sesuatu yang baru kala itu. Padahal keberadaan payung geulis sudah sejak puluhan tahun yang lalu,” kata Yayat.

Sampai akhirnya, lanjut Yayat, payung geulis kini jadi ikon Kota Tasikmalaya. Meski demikian, kejayaan payung geulis di era 1950an belum dirasakan kembali oleh para pengrajin payung geulis di Kampung Panyingkiran. (Imam Mudofar)