
TASIKMALAYA, (KAPOL).-
Merayakan Hari Pahlawan tidak selamanya harus dengan menggelar upacara. Seperti juga dilakukan sekolah rujukan, yakni SMA Negeri 2 Kota Tasikmalaya, yang menggaungkan jiwa kepahlawanan pada peserta didiknya melalui “Kompetisi Internal Kewirausahaan”.
Setidaknya delapan jam KBM formal di kelas sengaja ditangguhkan kali itu, 1200 siswa diajak mempelajari materi dari sisi yang berbeda di Graha Alumni Smanda. Kreativitas pun tampak dibuktikan dalam 34 stand dekoratif yang hadir mewakili masing-masih kelas tersebut.
Salah satu yang menarik, konsep Makanan Pahlawan yang coba disajikan oleh kelas 11 MIPA 3 sebagai caranya menyebarkan spirit kepahlawanan. Dijelaskan salah satu pewakilan siswa, Prima Fitri Rusliani, apabila mereka dalam hal ini bukan mengangkat makanan khas atau kegemaran dari sosok pahlawan itu sendiri.
“Tapi kita itu lebih kepada memodifikasi, mengikutsertakan nama pahlawan pada makanan yang sebetulnya sudah biasa dimakan sehari-hari. Seperti air mata pahlawan untuk minuman segar, Pedang Patimura untuk pisang cokelat, telapak Prawatasari untuk tahu gejrot karena berasal dari sSmedang. Yang harapannya dengan nama-nama pahlawan dan perisitiwa sejarah ini bisa kembali mengingatkan kita,” papar siswa berkacamata tersebut.
Imam Bonjol, bahkan hak tawan karang dan bandung lautan api, juga ikut mereka munculkan. Selain dekorasi khas Indonesia, spirit nasionalisme juga coba siswa-siwa kreatif ini perlihatkan dengan lambang merah putih negara di pipi dan pakaian khas tradisional.
Begitu juga diusung XI MIPA 2 dengan peristiwa arek-arek surabaya-nya. Diorama sederhana dimana penyobekan bendera Belanda yang berwarna merah putih biru menjadi merah putih diwakilkan melalui tiga maskot (noni belanda, tentara, dan rakyat Indonesia) yang bertugas menjaga di stand. “Supaya mereka itu tadi hanya kenyang perutnya, tapi bisa juga kenyang pengetahuan sejarahnya, apalagi dimomen hari pahlawan ini persembahan kita, ” kata Panca.
Selain, tema-tema seperti tradisional, kartun, superhero, pun ikut meramaikan bazaar yang begitu antusias diikuti seluruh warga sekolah tersebut. Penanggungjawab Kegiatan Ninik Suprapti M.Mpd tak menyangka kreasi dari para siswanya tersebut. “Dari 34 yang ada, kita perhatikan tidak ada satupun yang sama. Artinya memang ketika anak diberikan fasilitas, kita akomodir dalam acara ini, jiwa kreativitasnya bisa lebih berkembang,” kata wanita yang juga menjadi juri di kompetisi ini.
Sedikitnya dalam kegiatan yang juga bagian dari Program Sekolah Rujukan, ada empat indikator yang diperhatikan, mulai dari dekorasi stand, kreasi produk dan kesesuaiannya dengan tema, pemasaran yang mencakup pelayanan dari keramahan hingga kecepatan, bahkan keserasian kostum dengan stand pun turut dinilai.
“Jadi bukan masalah enak atau tidaknya yang mereka sajikan, tapi kita lebih kepada menggali potensi inovasi mereka, akhirnya siswa diharapkan tertanam sentivitas kewirausahaannya,” tambah Ninik.
Kepala SMA Negeri 2 Kota Tasikmalaya Aam Abdullah juga menegaskan kewirausahaan yang coba dibangun pihaknya bukanlah sesuatu yang berpatok pada bisnis semata. “Ada nilai yang harus dipahami anak-anak, yakni kreatifitas, inovatif, dan sikap pantang menyerah, inilah yang syukurnya kita lihat hari ini sudah ditampilkan masing0masing kelas,” ujarnya.
Dista Puspa Rahayu dari kelas 11 IPA 1 mengaku senang dengan diselenggarakannya kegiatan tersebut, apalagi menurutnya ini sangat berbeda dari yang pernah ada sebelumnya. “Di sini kita bisa menyalurkan kegemaran, misalnya untuk mendekor stand, apalagi dari sekolah juga difasilitasi bahan-bahannya,” kata dia. (Astri Puspitasari)***