Gerakan Tanam Cabai saat Kemarau (GTCK) Tekan Inflasi

EKBIS20 views

Salah seorang petani dari Kelompok Taruni Tani Cipende tengah menanam cabai merah jenis TW di lahan sekitar tiga puluh bata di Kp. Cihaji Purbaratu, Rabu (28/10/2015). Lahan yang berdekatan dengan saluran air, dimanfaatkan mereka untuk pertama kalinya menanam jenis hortikultura satu itu. | ASTRI PUSPITASARI/”KP”

TASIKMALAYA, (KAPOL)-.

Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya akan menyelenggarakan Gerakan Tanam Cabai saat Kemarau atau disingkat GTCK dalam waktu dekat ini. Program yang termasuk ke dalam agenda nasional menurut Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Enung Nurteti sebagai langkah taktis menekan sekaligus mengurangi pemicu tingginya angka inflasi di Kota Tasikmalaya.

“Untuk antisipasi inflasi, kita harus jaga stabilitas terutama di pasokan, agar nanti tidak terulang lagi lonjakan harga yang terlalu tinggi,” jelas Enung yang ditemui di sela kegiatan di Kantor Bank Indonesia, Selasa (27/10/2015) kemarin.

Selama ini menurutnya, komoditi cabai memiliki kontribusi terhadap tingginya angka inflasi tak lain karena belum meratanya jumlah pasokan. Yang berimbas langsung pada meroketnya harga jual di pasaran. Apalagi, di musim hujan misalnya, produksi tanaman hortikultura satu ini banyak yang malahan mengalami penurunan bahkan gagal panen.

“Dengan justru menggeser waktu tanam cabai ini, dari yang biasa dilakukan pada musim penghujan menjadi musim kemarau. Mudah-mudahan bisa jadi solusi,” tambah Enung. Dia juga optimis jika kualitas cabai yang dihasilkan dari tanam musim kemarau bisa lebih mumpuni. Mengingat tanam di musim hujan itu amatlah rentan terkena hama penyakit.

Pihaknya pun kini tengah menggodok persiapan segala halnya, agar bisa secepatnya program teranyar ini di bulan November atau maksimal Desember sudah mulai direalisasikan.

Setidaknya telah disiapkan seluas tujuh belas hektar area pertanian untuk penyelenggaraan GTCK di Kota Tasikmalaya. Yang mana, tersebar di tujuh kecamatan. Diantaranya, Cibunigeulis Indihiang, Parakanyasang, Bungursari, dan lainnya. GTCK ini langsung melibatkan kelompok-kelompok tani yang ada.

“Lahan tersebut akan ditanami dengan dua komoditi, yakni cabai rawit dan cabai merah,” tambahnya.

Enung menjelaskan, jika pihaknya mendapatkan bantuan fasilitas dari Pusat (Kementan, red) untuk ikut menyuskeskan program nasional ini. “Kalau musim kemarau itu jelas kendala ada di ketersedian air, makanya kami juga akan berikan bantuan ke petani teknologi instalasi irigasi tetes, supaya tetap bisa jalan tanamnya,” kata dia.

Selain juga, mulai dari pupuk, benih bermutu, termasuk ke fasilitas yang akan diberikan dan mendukung GTCK ini.

Dia mengharapkan melalui gerakan masif serentak ini, pasokan cabai bisa menjadi merata sepanjang tahun sekaligus berhasil konstan memenuhi kebutuhan masyarakat sekalipun musim hujan, sehingga akhirnya mampu berujung pada kemandirian pangan.

Terpisah, Ketua Kelompok Taruni Tani Cipende, Taufik, mengatakan inisiasi mulai menanam cabai di musim kemarau panjang kali ini lantaran melihat rekan petani lain yang telah dulu memulai dan sukses. “Ini masih sekitar tiga hari, kita lakukan penggalian dan lain sebagainya. Paling 90 hingga 100 hari ke depan baru bisa dipanen,” kata dia.

Perkara musim kemarau dan hujan, menurutnya penanaman cabai lebih ke pada sulitnya pemeliharan. Sebab, rawan terkena penyakit yang menyebabkan gagal panen. “Tapi kalau ini sukses, kurang lebih kami bisa sekali panen satu kuintal lebih-lah,” tambahnya.

(Astri Puspitasari)***

 

 

Komentar