TASIKMALAYA, (KAPOL).- Pelajaran matematika yang kerap dicap sulit dan kurang menarik, mampu dileburkan oleh salah satu guru matematika SMA Negeri 1 Kota Tasikmalaya.
Melalui pemanfaatan teknologi informatika yang dipadukan dengan multimedia inilah, Dr. H. Yonandi S.Si M.T berupaya memberikan kontribusi pentingnya dalam dunia pendidikan.
Dia sukses menciptakan sebuah software sekaligus model pembelajaran yang kini turut membawanya meraih Juara Pertama dalam Anugerah Inovasi Pembelajaran tingkat Provinsi Jawa Barat.
“Bahan-bahan sebetulnya sudah mulai saya kumpulkan sejak tahun 2011. Hanya fokus dalam mengeksekusinya baru tahun 2016 kemarin, kebetulannya lagi di tahun ini mendapatkan undangan untuk mengikuti lomba ini. Ya sudah kita optimistis saja, kita ikhtiar mencoba,” ungkap dia dijumpai di sekolah, Kamis (6/7/2017).
Menurutnya, prestasi yang diraihnya pun tidak lepas dari dukungan pihak sekolah.
Dalam program yang telah dikomentari lima ahli di bidang matematika, baik dalam dan luar negeri, Yonandi menciptakan skenario pembelajaran yang terstruktur dan kontekstual.
Siswa diajak untuk tidak hanya mampu mengerjakan soal matematika berdasarkan rumus. Namun, mereka diminta eksplorasi lebih dalam melalui pemahaman teoritis, baru menuju masalah yang harus diselesaikan, simulasi, tutorial, tugas mandiri, hingga refleksi.
“Kita ingin pembelajaran matematika ini membawa anak pada aspek dan kemampuan komunikasi dan disposisi. Apalagi berbagai penelitian menunjukkan pelajaran matematika belum bisa sepenuhnya memfasilitasi siswa lebih aktif. padahal secara teoritis kemampuan komunikasi dan disposisi ini menurut NCTM sangat esensial, demikian juga kurikulum 2013 menyebut. Sehingga ini penting untuk digali dan dikembangkan,” papar Yonandi.
Dalam karya tulis ilmiahnya berjudul Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Komputer (PKBK) ini, diujikan kepada peserta didik Cerdas Istimewa (CI) SMA Negeri 1 Kota Tasikmalaya selama kurang lebih dua bulan.
Hasilnya pun menarik, siswa yang dibagi ke dalam tiga kelompok pengetahuan awal matematika tinggi, sedang, dan rendah ketika diberikan program tersebut tampak menunjukkan komunikasi dan disposisi yang menjulang tinggi.
“Dalam PKBK, siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Proses kontruksi siswa terhadap materi dan penyelesaian soal juga lebih efektif, efisien, dan tentu akurat. Misalnya siswa dapat melakukan simulasi pengertian peluang melalui pelemparan koin sampai 999.999 kali dengan menggunakan maksimal 100 koin,” imbuhnya.
Siswa pun dibimbing oleh arahan program tutorial interaktif dalam program. Mereka bisa mengecek sendiri kebenaran jawaban sebelum diajukan pada diskusi kelas. Dengan pengecekan awal ini dipercaya dapat mempercepat proses pemahaman siswa terhadap konsep.
Di sisi lain, guru tidak perlu lagi mengoreksi jawaban siswa, lantaran komputer akan langsung memberikan jawaban terhadap hasil pekerjaan siswa. Guru berperan untuk membimbing siswa menggunakan software.
Menariknya, dalam bahan ajar PKBK, tidak hanya berupa teks semata, namun juga animasi, gambar, suara, bahkan hingga video akan mewarnai proses pembelajaran siswa. Inilah yang memotivasi siswa dan membuat aktivitas belajar di kelas lebih interaktif.
“Ke depan, karena saat ini untuk pilot project baru satu materi saja. Kita ingin lebih kembangkan, karena dasarnya sistem pembelajaran ini relevan diadaptasi di lintas disiplin ilmu pengetahuan. Untuk PKBK juga targetnya ingin diimplementasikan di SMA pembanding baik dalam ataupun luar kota,” imbuh pria yang akan menyertakan temuannya dalam seminar matematika di Korea tersebut.
Selain pengembangan software terus berjalan, pihaknya juga tengah mengembangkan penilaian secara real in time yang dapat diakses lewat perangkat gawai. (Astri Puspitasari)***