TASIKMALAYA, (KAPOL).- Kebingungan sempat melanda benak Amelia Farida. Perempuan kelas 6 SD itu sebenarnya terpilih mengikuti Olimpiade Matematika dan Sains Indonesia (OMSI). Namun hambatan finansial menerpa Amel. Ia kesulitan berangkat ke lokasi kejuaraan di Sidoarjo pada 6 Oktober mendantang karena tak ada biaya.
Ibunda Amel, Lelis Faridatul mengatakan sudah berkoordinasi dengan pihak sekolah yaitu SDN 2 Cikalang guna memenuhi kebutuhan akomodasi perjalanan itu. Hanya saja pihak sekolah tak menyanggupinya. Mirisnya lagi, Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya seolah cuek atas peristiwa ini. Padahal, kata dia, Amel membawa nama baik Kota Tasik karena tak semua murid bisa mengikuti ajang bergensi itu.
Setelah berkomunikasi dengan pihak sekolah, ia mendapat kabar bahwa tak ada bantuan finansial bagi Amel karena lomba diselenggarakan oleh pihak swasta. Pihak Disdik, sambungnya, merasa tak ada kerjasama dengan penyelenggara hingga enggan mengucurkan dana bantuan. Memang diketahui OMSI diadakan oleh lembaga swasta yaitu Klinik Pendidikan MIPA (KPM) yang berkantor pusat di Bogor.
“Ada bantuan dari sekolah hanya buat jajan kalau dari pemerintah belum. Karena penyelenggara masih swasta belum ada kerjasama,” ungkapnya pada, Rabu (4/10/2017).
Padahal, Amel bukanlah siswi SD kacangan. Lelis menyebut beragam penghargaan kejuaraan sains dari berbagai tingkatan sudah dikandangkan ke rumah, apalagi dalam skala lokal Kota Tasik. Bahkan Amel sempat mengikuti kejuaraan sains tingkat Jabar pada Maret 2017 walau belum menuai hasil maksimal. Ia merasa kecewa lantaran Pemkot Tasik tak mengapresiasi anaknya.
“Kan anak saya kalau lomba di mana-mana kan bawa nama Kota Tasik, harusnya ini jadi kebanggaan tersendiri. Tapi kok ini malah sulit sekali dapat bantuan cuma buat ongkos dan akomodasi di sana saja,” keluh warga Kelurahan Cikalang, Kecamatan Tawang tersebut.
Tetapi saat dilanda masalah finansial itu, Lelis tidak patah arang untuk memberangkatkan anaknya. Begitupun Amel yang senantiasa belajar meski belum tahu berangkat dengan cara apa. Berdasarkan informasi yang diterimanya, Badan Amil Zakat (Baznas) Kota Tasik ternyata mempunyai mekanisme penyerahan bantuan untuk kasus seperti Amel. Alhasil, berangkatlah ia untuk meminta bantuan Baznas bagi keberangkatan anaknya ke Sidoarjo.
“Alhamdulilah bantuan sangat membantu, prosesnya juga tidak rumit, dengan ini Insya Allah anak saya dapat berangkat ikut kejuaraan,” ucapnya.
Beruntung, Amel merupakan salah satu warga yang memperoleh bantuan dari Baznas Kota Tasikmalaya pada Rabu, (4/10). Baznas Kota Tasik, Yudi mengaku miris dengan kasus yang menimpa Amel.
Menurutnya, Pemkot lah yang seharusnya memfasilitasi keberangkatan Amel. Hanya saja, jika menunggu bantuan Pemkot dikhawatirkan omong kosong belaka.
“Dia mau berangkat lomba enggak ada bantuan Pemkot, mintanya bantuan ongkos, bekal dan akomodasi saja dari kami sekitar satu setengah juta,” ucapnya.
Sebelum penyerahan bantuan, ia mengatakan Baznas memverifikasi lebih dulu apakah Amel pantas mendapat bantuan. Setelah ditelusuri Amel ternyata berasal dari keluarga broken home. Penghasilan ibunya pun seadanya hingga tak bisa diandalkan untuk memberangkatkan Amel.
“Kami melihat dia pantas dapat bantuan karena dari keluarga tidak mampu. Selain itu dia juga anak broken home, tentu ini seharusnya jadi semangat dan inspirasi di mana anak broken home juga bisa berprestasi,” tuturnya. (Imam Mudofar)***