GARUT KOTA, (KAPOL).- Banjir bandang yang melanda sejumlah wilayah di Garut, Selasa (20/9/2016) malam kemarin, disebabkan beberapa faktor. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menilai ada empat faktor yang menjadi penyebab bencana alam yang telah menewaskan 26 warga Garut tersebut.
Kepala BNPB, Willem Rampangilei, menjelaskan empat faktor yang menjadi penyebab terjadinya banjir bandang tersebut telah menjadi pemicu meluapnya air Sungai Cimanuk.
Faktor pertama adalah curah hujan di Garut yang di atas rata-rata dan terjadi dalam waktu singkat. Hal ini diperparah dengan daya tampung sungai yang tak memadai sehingga air meluap dan menerjang pemukiman.
Faktor kedua, ucap Willem, kondisi di DAS (daerah aliran sungai) Cimanuk yang saat ini sudah tak terjaga bahkan dapat dikatakan sudah tergolong kritis. Sedimentasi dan erosi terjadi di sepanjang Sungai Cimanuk.
“Faktor ketiga, karena tutupan hutan di wilayah Cimanuk yang sudah tak seimbang dengan luas wilayah DAS. Sedangkan faktor terakhir karena pemanfaatan tataruang yang tak sesuai dengan peruntukannya,” ujar Willem saat ditemui di Posko Utama penanganan banjir di Makodim 0611 Garut, Kamis (22/9/2016) malam.
Dikatakannya, perlu normalisasi mulai dari hulu agar bisa menyelesaikan empat permasalahan yang menjadi penyebab terjadinya banjir bandang itu. Willem juga memandang perlu segera dilakukan pengembalian fungsi sungai secara maksimal.
Willem menilai, saat ini kondisi DAS Cimanuk sudah dalam kondisi kritis. Hal ini dikarenakan banyak warga yang bermukim di bantaran sungai dan itu sangat membahayakan.
Dengan alasan tersebut, Willem menyarankan agar para korban banjir bandang tidak membangun kembali rumahnya dan memilih pindah ke lokasi lain yang aman.
Namun demikian Willem tetap meminta agar aparat pemerintahan setempat terutama camat yang di daerahnya terkena banjir bandang untuk segera melakukan identifikasi jumlah rumah yang rusak. Hasil identifikasi, tandasnya, harus secepatnya dilaporkan ke komandan satgas.
“Setelah datanya kami terima, kami akan memverifikasi dan melakukan pemulihan. Untuk bantuan telah diserahkan kepada Pemkab Garut. Bahkan Pak Presiden pun telah memberikan bantuan sebesar Rp 1,3 miliar melalui pemerintah kabupaten,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Willem juga meminta agar penanganan pengungsi dilakukan sebaik-baiknya. Intinya, pengungsi tak boleh lama tinggal di pengungsian dengan kata lain pembangunan rumah yang rusak harus jadi prioritas.
“Saya juga ingin agar pelayanan pemerintah seperti rumah sakit dan sekolah juga harus segera beroperasi. Kami juga sudah mengeluarkan dana BTT (bantuan tidak terduga) untuk tanggap darurat sebesar Rp 400 juta. Tanggap darurat akan berlangsung selama 14 hari,” ucapnya.(Aep Hendy S)***