Isu Lotte, Sken Tandatangan, Klaim Pembangunan, Terminal Bayangan dan Wabup Mundur Mencuat dalam Debat

POLITIKA9 views

CIHIDEUNG, (KAPOL).- Lima isu utama yang menjadi materi serang antar paslon mencuat dalam debat kandidat paslon di Hotel Santika, kemarin malam. 

Masing-masing paslon seolah sudah mengantongi “kartu as” mematikan sehingga pertanyaan yang bersifat menyerang pun terlontar dalam debat kandidat tersebut.
Misal pertanyaan dari paslon nomor urut satu, Dicky-Denny kepada paslon nomor urut dua, Budi-Yusuf. Denny menanyakan kenapa paslon petahana Wali Kota, Budi Budiman selalu mengklaim bahwa pembangunan infrastruktur saat ini seolah hasil kerja keras Budi sendiri.
“Lalau saya yang di DPRD bersama 44 anggota DPRD lain, perannya apa ?. Bukankah tanpa persetujuan DPRD tak mungkin ada pembangunan apapun,” kata Denny.
Dan Denny juga menyindir Dede menanyakan kiat harmonisasi antara Wali Kota dan Wakil Wali Kota karena sudah tersiar kabar bahwa Budi dan Dede yang saat ini masih menjabat tidak lagi harmonis.
Paslon nomor urut tiga Dede-Asep juga bertanya hal sama kepada paslon nomor urut dua itu. Bahkan Dede menanyakan kenapa Lotte diizinkan dan Jalan Mangin juga, padahal katanya muncul desas desus ada suap milyaran rupiah. 

Termasuk dr. Asep yang menanyakan soal sken tandatangan mantan Wali Kota, Syarif Hidayat yang katanya Wali Kota saat itu tak pernah menandatangani ajuan bantuan dana untuk kelanjutan jalan mangin. 

Termasuk bertanya ke paslon nomor urut satu Dicky-Denny perihal mundurnya Dicky saat menjabat Wakil Bupati Garut.
Paslon nomor urut dua, Budi-Yusuf menyerang Dede-Asep dengan optimalisasi terminal type A Indihiang. 

Pasalnya terminal sepi karena ada aktifitas turun muat penumpang di Pul Budiman dan Primajasa sehingga terminal sepi. 

Termasuk bertanya ke paslon nomor urut satu Dicky-Denny tentang bagaimana merealisasikan program yang sudah dijanjikan tapi pendapatan keuangan Pemerintah Kota minim.
Jawaban Budi-Yusuf soal klaim pembangunan diakui hasil kerja keras semua pihak. Namun karena Wali Kota sebagai pengambil kebijakan dan penanggungjawab kegiatan maka keberhasilan apapun pasti disematkan kepada Wali Kota.
“Soal Lotte dan Mangin tentu sudah melalui kajian dan pertimbangan semua pihak. Yang mengeluarkan izin bukan Wali Kota tapi BPPT. Dan usaha adalah hak semua orang. Ada Lotte agar pusat perdagangan tak menumpuk di pusat kota saja, juga Mangin agar terjadi pemerataan pembangunan selain mengurai akses kemacetan ke kota,” kata Budi.
Sementara soal sken tandatangan, Budi membantahnya dan balik menegaskan kenapa ia begitu bersemangat melanjutkan Jalan Mangin karena sudah direncanakan oleh Pemerintahan sebelumnya.
“Ngapain direncanakan kalau tidak dilanjutkan. Itu uang rakyat yang dipakai membebaskan lahan. Demi pembangunan saya siap melakukan apapun. Dan tidak ada tuh masyarakat yang protes dibangunnya Jalan Mangin. Justru merasa bermanfaat,” ujarnya.
Dede-Asep juga seolah tak mau kalah saat ditanya soal sepinya terminal Indihiang yang katanya akibat Pul Budiman dan Primajasa. 

Dede menegaskan sebagai pengusaha harus bermitra dengan Pemerintah. Tentunya pengusaha sudah menempuh segala perizinan. Dan Wali Kotanya bukan dia. Kalau disalahkan silakan salahkan Wali Kota bukan dia. 
“Fakta di lapangan kenapa type a sepi, bukan salah kami tapi penumpang memilih. Pul Budiman, Primajasa dan Do’a Ibu juga tidak ilegal karena ada izinnya,” tutur Dede tegas.
Sementara perihal pertanyaan yang mengarah ke Dicky Chandra karena mundur jadi Wakil Bupati Garut, Dicky menyatakan bahwa mundur diperbolehkan Undang-Undang. Kalau dipersalahkan, salahkan Undang-Undangnya.
“Kalau harus jujur, saya tidak mau membukanya di sini karena menyangkut aib seseorang. Saya serahkan kepada Allah SWT karena saya juga tidak merasa paling benar. Yang jelas saya memiliki pengalaman saat syuting film dengan honor empat jam delapan juta. Saya harus melakukan adegan tak senonoh. Saya memilih mundur dari syuting tersebut. Nah itu saja contohnya,” tutur Dicky.
Denny Romdloni pun menguatkan Dicky bahwa kenapa mau jadi Wakilnya Dicky, karena Dicky tidak mau terbawa arus dengan Bupatinya.
“Saya sudah mengecek ke Garut. Kang Dicky memang memegang prinsip. Tak mau terbawa arus. Maka kami pun kalau Dicky-Denny korupsi, kami siap mundur kalau menjadi Wali Kota, Wakil Wali Kota,” ujarnya. (Jani Noor)***