MENUNGGU memang merupakan suatu pekerjaan yang paling menjemukan. Apalagi penantian yang dilakukan sudah berjalan hingga berbulan-bulan lamanya. Hal itulah yang kini dirasakan Ade Sutinah (65), warga Kampung Parigi, Desa Bagendit, Kecamatan Banyuresmi.
Sudah lama wanita yang mengalami kelumpuhan ini menunggu janji yang diucapkan Bupati Garut, Rudy Gunawan yang akan memberinya sebuah pompa air.
“Beberapa bulan yang lalu Pak Bupati berjanji kepada saya untuk memberikan pompa air agar saya tak kesusahan lagi untuk mendapatkan air. Namun entah kenapa hingga saat ini janji tersebut belum juga dipenuhi,” sesal Sutinah yang ditemui di rumahnya, Sabtu (30/9/2017).
Akibat janji bupati yang tak juga dipenuhi tersebut, diakui Sutinah sampai saat ini dirinya masih harus menimba sendiri agar bisa mendapatkan air.
Padahal dirinya mempunyai keterbatasan pisik akibat kelumpuhan yang sudah dilaminya sejak lahir.
Sutinah menyebutkan, sejak lahir, dirinya memang sudah mengalami kelainan. Kelumpuhan yang dideritanya menyebabkan dirinya tak bisa berjalan seumur hidup.
Bahkan untuk beraktivitas di dalam rumah pun, Sutinah harus melakukannya dengan cara “ngesot” karena memang tak ada yang membantu karena selam aini dia tak punya suami maupun anak.
Namun keterbatasan yang dialaminya tersebut tidak pernah dijadikan alasan untuk beraktivitas.Bahkan selama ini Sutinah secara rutin mengajari anak-anak yang tinggal di kampung tersebut mengaji.
Sejak kecil dia memang sudah pandai mengaji berkat didikan ayahnya yang pernah belajar di pesantren dan juga bekerja di Kantor Urusan Agama (KUA).
“Sejak kecil saya memang sudah diajari oleh ayah agar mau mengaji. Alhamdulillah, saat ini saya dipercaya untuk mengajar ngaji puluhan anak-anak di kampung ini,” katanya.
Di tengah keterbatasannya itu, Sutinah pun masih harus menjalankan aktivitas rutin lainnya seperti memasak dan menimba air dari sumur. Semua itu dia lakukan sendiri tanpa pernah mengeluh atau merasa putus asa.
Namun secercah harapan kemudian dirasakan Sutinah manakala Bupati Garut Rudy Gunawan berjanji akan memberikan pompa air kepadanya.
Hal ini bertujuan untuk meringankan kegiatan rutin Sutinah mengambil air saat mau mandi atau wudlu, termasuk saat akan memasak.
“Saat itu ada sejumlah wartawan yang merasa tersentuh untuk mengekpos kondisi dan kegiatan saya dengan segala keterbatasan yang saya miliki. Setelah itu Bupati berjanji akan membantu memberikan bantuan berupa pompa air agar saya tidak perlu menimba air dari sumur lagi. Tentu saja saya sangat menyambut gembira janji bupati tersebut,” ucap Sutinah.
Namun janji tinggal janji. Ternyata hingga hari ini janji tersebut tidak juga dipenuhi sehingga Sutinah masih harus menimba air dari sumur.
Meski cukup kecewa dengan janji yang tak pernah dipenuhi tersebut, akan tetapi Sutinah mengaku sudah tak mau berharap lagi. Semuanya dia pasrahkan kepada tuhan yang maha mengetahui.
“Sudahlah, saya tak lagi mau berharap janji itu dipenuhi karena sudah terlalu lama menunggu. Biar semuanya saya pasrahkan saja kepada Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Mengetahui dan Maha Adil,” katanya.
Sebelumnya, tutur Sutinah, dia selalu teringat akan janji yang pernah diucapkan bupati setiap kali akan menimba air. Bahkan selama berbulan-bulan, dia sempat menunggu nunggu janji tersebut.
Seiring berjalannya waktu, Sutinah pun pada akhirnya menyadari kalau apa yang selama ini diharapkannya itu tak ubahnya seperti peribahasa “menunggu laut kering” yang berarti penantian yang dilakukannya merupakan pekerjaan yang sia-sia.
Diapun mulai berusaha menghapus harapannya itu dan menerima apa adanya seperti yang selama ini terjadi.
“Ya sampai saat ini saya masih harus menimba kalau akan mengambil air. Namun karena saat ini kondisi pisik saya sudah kian menurun, saya pun kadang minta bantuan orang lain untuk dibantu menimba air,” ucapnya.(Aep Hendy S)***