SUKARATU, (KAPOL).- Jembatan Cimampan, yang berada di jalur penghubung jalan raya Ciawi – Singaparna (Cising) tepatnya di kampung Cimala Desa Indrajaya Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya, ambles dan retak.
Amblasnya jembatan yang diketahui sudah 3 bulan lamanya tersebut diduga karena tergerus air sungai yang me galir dibawahnya, Rabu (14/8/2019).
Belum lagi jalanan ini kerap dilintasi truk-truk beronase besar pengangkut pasir – batu, sehingga terjadi pergeseran.
Sebuah spanduk himbauan bertuliskan batasan tonase kendaran pun terpampang dipinggir jalan. Upaya ini guna meminta agar kendaran bertonase besar tidak melintas ke jalur tersebut.
Jembatan yang panjangnya kurang lebih dari 10 meter ini mengalami amblas pada bagian pondasi samping lebih kurang lebih 10 cm dan bergeser 5 cm.
Bahkan tembok penahan tebing (TPT) juga longsor diduga akibat tergerus air serta banyak dilintasi truk bermuatan pasir.
Salah seorang warga setempat, Dudung (50) menjelaskan, kerusakan jembatan sudah terjadi cukup lama yakni sekitar tiga bulan lalu.
Meski sempat dibuat tembok guna menahan tanah di tepi jembatan, akan tetapi kerusakan terus terjadi.
“Jadi di bagian pondasi tergerus aliran sungai. Belum lagi di atasnya dilintasi truk-truk berbeban besan, sehingga badan jalan pun ikut retak,” jelas dia.
Dikatakan dia, saat musim hujan arus sungai memang terbilang kencang. Sehingga pondasi jembatan pun terus terkikis aliran air.
Tepi sungai baik tembok jembatan dan tebing tanah pun runtuh tersapu arus. Setiap hariya ratusan truk besar berlalu-lalang membawa muatan batu – pasir melewati jembatan ini.
Ia menilai, pemerintah semestinya melarang dulu truk-truk pasir itu melintas bila kondisi jembatan masih rusak. Warga berharap pemerintah segera memperbaiki jembatan tersebut sebab khawatir jembatan itu ambruk dan makan korban jiwa.
Sementara itu dihubungi via telpon, Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Tasikmalaya Asep Gunadi, menjelaskan, dipasangnya plang atau pemberitahuan batasan berat kendaraan yang melintas itu merupakan bentuk antisipasi pihaknya.
Sehingga jembatan tidak makin parah mengalami penurunan permukaan.
Mengapa kondisi ini bisa terjadi, Asep mengatakan, bila sejak awal pembangunan jembatan itu, TPT di sekitar jembatan memang sudah tergerus air.
Sehingga dibangunkan ulang TPT. Meski begitu, nyatanya kondisi alam tidak bisa dilawan hingga TPT tersebut pun kembali tergerus.
“Maka untuk solusinya kita masukan dalam perencanaan penanganan di tahun 2020, apa nanti rehab atau dibangun ulang. Kewajiban kita memberitahukan, usahakan truk besar tidak melintas kesitu,” ujarnya. (Aris Mohamad F)***