SINGAPARNA, (KAPOL).- Jumlah warga Kabupaten Tasikmalaya yang positif terkena wabah penyakit difteri hingga kini tercatat sebanyak 7 orang, dari sebelumnya hanya 2 orang saja.
Hal itu setelah Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya menemukan kembali 5 warga di Kecamatan Bojonggambir yang positif.
Kondisi ini jelas harus mendapatkan perhatian serius, pasalnya satu orang saja ada temuan kasus positif difteri sudah masuk dalam Kejadian Luar Biasa (KLB), apalagi ini mencapai 7 kasus.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pembetantasan Penyakit (P2P) pada Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, Atang Sumardi mengatakan, pihaknya bersama Laboratirium Kesehatan Daerah (Labkesda) Provinsi Jawa Barat melakukan apus tenggorokan terhadap puluhan orang warga di Kecamatan Taraju dan Bojonggambir yang dicurigasi terkena penyakit difteri.
Merekabmerupakan warga yang sering kontak langsung dengan sejumlah pasien suspect difteri. Alhasil pihaknya menemukan 5 kasus baru warga yang positif dari puluhan warga yang diperiksa apus tenggorokan.
“Jadi memang betul dari Bojonggambir ada penambahan kasus 5 orang yang positif difteri, semuanya temuan baru. Justru mereka ini yang tidak sempat dirawat, karena sebelumnya baik-baik saja, tetapi sering kontak dengan pasien suspect difteri,” ujar Atang, Rabu (17/1/2018).
Dengan begitu, maka hingga kini jumlah total positif difteri menjadi 7 orang. Yakni 1 orang dari kecamatan Sukaresik, 1 orang dari kecamatan Taraju dan 5 orang dari Bojonggambir. Untuk yang di Bojonggambir memang paling banyak yakni tersebar di Desa Kertanegla dan Desa Bojongkapol.
Penyebaran penyakit difteri memang cepat, apalagi bila ada kontak langsung dengan suspect ataupun pasien yang positif.
Untuk langkah selanjutnya, Dinas Kesehatan kini terus melakukan survelen atau pengamatan di seluruh wilayah di Kabupaten Tasikmalaya. Hal ini guna mengantisipasi dan mencari jika ada temuan kasus baru.
Sementara kepada warga di 3 kecamatan, yakni Taraju, Bojonggambir dan Sukaresik, dilakukan Propilaksis supaya tidak terkena difteri. Yakni degan memberikan 2×500 mg obat eritromisin selama 7 hari berturut-turut.
“Kami pun telah melaporkan ke tingkat provinsi dan Kemenkes. Alhamdulilah terakhir kami mendapatkan bantuan 20 file ADS, kita pun nanti akan melakukan ORI (outbreak response immunization) se-kabupaten Tasikmalaya,” jelas dia. (Aris MF/Imam Mudofar)***