GARUT, (KAPOL).- Masyarakat di Kabupaten Garut masih banyak yang jorok, terbukti sebagian banyak penduduk Garut masih melakukan Buang Air Besar Sembarang (BABs).
Padahal, perilaku BABs itu sangat berbahaya selain bagi dirinya juga lingkungan sekitar.
Demikian diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kab. Garut, dr. Tenni Swara Rifai di Kantornya, Rabu (18/10/2017).
“Jadi kalau dikatakan jorok tidak mau, tetapi data diperoleh sebagian besar masyarakat Garut masih buang air besar sembarangan,” tuturnya.
Perlu diketahui dalam satu gram tinja itu mengeluarkan 10 Juta kuman atau virus.
“Makanya terjadinya inspeksi dari penyakit salah satunya disebabkan dari virus itu.” ujarnya.
Tenni menuturkan, salah satu contoh kebiasaan buruk masyarakat Garut adalah jika beternak ikan di kolam lalu dipasang tempat buang air besar manusia.
Padahal, cara-cara seperti sungguh tidak dibenarkan, karena secara tidak langsung memberikan makanan pada ikan dari kotoran manusia.
“Ada paham yang menyebutkan kalau ikan diambil dari kolam yang terpasang tempat buang air besar manusia. Maka ikan tersebut harus dibersihkan atau didiamkan di air bersih selama tiga hari,” ucapnya.
Oleh karena itu, kata Tenni, Dinas Kesehatan sudah menganjurkan kepada semua Puskesmas untuk menyediakan toilet atau WC, termasuk di mesjid-mesjid sekitar Puskesmas tersebut.
“Itu kan salah satu upaya dan usaha kami untuk menghindari kebiasaan masyarakat buang air besar sembarangan. Kalau di mesjid ada wc dan puskesmas juga ada wc masyarakat lebih mudah kan untuk mengatasi urusan itu. Kami terus intruksikan kepada rekan-rekan di Puskesmas, tolong periksa toilet atau wc nya, baik di puskesmas maupun di mesjid-mesjid,” katanya.
Lebih lanjut Tenni menjelaskan, membuat tangki septik (cubluk-sunda) tidaklah mahal. Dengan biaya hanya sekitar Rp 200-300 ribu saja bisa membuat “cubluk” yang memenuhi standar. Tetapi kenyataan di lapangan, karena sudah menjadi kebiasaan justru BABs itu malah di sungai, kali, atau di kolam ikan. (Dindin Herdiana)***