SUDAH diketahui bahwa sebelum Islam masuk, mayoritas penduduk Indonesia menganut agama Hindu. Lambat laun, mereka pun masuk Islam berdasarkan dakwah para Wali yang dikenal dengan sebutan Wali Songo atau Wali Sembilan.
Sejumlah tradisi Hindu tetap dipertahankan, namun secara isi pelaksanaan diubah semisal ketika tibanya Bulan Ramadan. Para Wali tetap menggunakan kata “Puasa” dan kata “Lebaran” tidak memakai kata “Shaum” atau “Idul Fitri”.
Hal ini, menurut ahli sastra Sunda, M.A Salmun bahwa kata puasa dan lebaran tetap dipertahankan agar pemeluk Hindu yang masuk Islam tidak merasa asing atas ajaran agama baru yang dianutnya.
Menurut Salmun dalam artikel Majalah Sunda tahun 1954, kata “Puasa” dan “Lebaran” tidak dikenal di bahasa Arab. Dua kata tersebut berasal dari tradisi Hindu yang tetap dipertahankan sebagai metode dakwah.
Oleh sebab itu, “Puasa” berasal dari kata “Upawasa” yang berarti “menutup”, dengan kata lain menutup atau menahan hawa nafsu, sehingga lawan dari kata “Puasa” adalah “Buka”.
Begitu juga kata “Lebaran” berasal dari tradisi Hindu yang berarti “Selesai, Usai, atau Habis”. Menandakan habisnya masa “Puasa”.
Dan Salmun menegaskan, istilah-istilah tersebut diperkenalkan para Wali agar umat Hindu yang baru masuk Islam saat itu tidak merasa asing dengan agama yang baru dianutnya. (Jani Noor)***