Kemarau, Warga Mulai Manfaatkan Air Sungai

KAB. TASIK28 views

PAGERAGEUNG, (KAPOL).-Kemarau yang terjadi dalam beberapa bulan ini, membuat sebagian warga Kabupaten Tasikmalaya mengalami krisis air bersih. Akibatnya, warga memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan mandi, cuci dan kakus (MCK). Seperti halnya di Desa Cipacing, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya.

Kondisi ini sudah berlangsung dalam sebulan terakhir ini. Untuk memenuhi kebutuhan mandi, cuci dan kakus, warga di desa tersebut terpaksa memanfaatkan Sungai Cikidang yang mengalir melintas desanya.

Hal tersebut terlihat setiap pagi dan sore, dimana Sungai Cikidang ramai dengan aktivitas warga yang hendak melakukan MCK. Bahkan, warga juga mengangkut air menggunakan jeligen dan ember untuk stok di rumah jika dibutuhkan malam hari.

“Kami terpaksa ke Sungai Cikidang, karena sumur di rumah dalam beberapa minggu ini sudah kering,” kata salah seorang warga, Yati kepada “KAPOL” Kamis (1/8/2019).

Menurutnya, beruntung keberadaan Sungai Cikidang tidak begitu jauh, sehingga bisa ditempuh dengan jalan kaki. Namun memanfaatkan Sungai Cikidang, hanya untuk kebutuhan MCK saja karena untuk memasak membeli air galon, ungkapnya.

Warga lainnya, Nanik mengakui sudah sebulan lebih menggunakan air Sungai Cikidang untuk mandi, cuci dan kakus, bahkan untuk memasak. Itupun jika kondisi air sungai tidak keruh, karena kalau keruh terpaksa harus beli air galon.

Terkadang stok di rumah membeli air galon, untuk keperluan memasak dan mandi. Akibatnya, biaya kebutuhan rumah tangga pun naik karena harus beli air bersih karena air sumur sudah kering dan air sungai sering keruh.

“Sejak kemarau, setiap hari setidaknya harus membeli 3 hingga 4 air galon. Per galon harganya Rp 5.000 diantar ke rumah. Padahal biasanya satu hari cukup 1 galon, hanya untuk minum saja,” ucapnya.

Menurutnya, air sungai hanya digunakan untuk MCK saja, adapun untuk memasak tidak berani karena keruh dan diatasnya ada pemandian truk pengangkut ayam. Bahkan, aliran sungai bercampur dengan berbagai jenis sampah, ungkapnya. (Ema Rohima)***