Kesenian Raja Dogar, Menghibur Hingga Benua Eropa

GARUT250 views

KESENIAN ini diilhami oleh kehebatan domba Garut saat beradu ketangkasan di “pakalangan”. Dua replika domba yang masing-masing diusung dua orang pemain, saling berhadapan di lapangan. Satu orang menyusup di bagian kepala, satu lagi menyusup di belakang.

Kedua domba yang sudah berhadapan ini mengambil ancang-ancang untuk kemudian saling tumbuk mengadu kepala sebagaimana domba sungguhan beradu ketangkasan.

Momen saling tumbuk inilah yang menjadi daya tarik kesenian Raja Dogar. Tak jarang pengusung salah satu domba mental kembali ke belakang setelah bertumbukan dan akhirnya jatuh. Jika itu terjadi, domba tersebut artinya kalah.

Yang tak kalah menarik lagi adalah penampilan bobotoh yang menjadi pendamping masing-masing domba. Dengan mengenakan pakaian jawara, mereka menampilkan jurus-jurus silat sepanjang permainan.

Dengan diiringi kendang pencaksilat yang tiada henti ditabuh, jurus-jurus yang ditampilkan bobotoh kadang, benar-benar jurus maut untuk menyerang lawan. Namun kadang pula hanya berupa gerakan jenaka yang mengundang tawa.

Alhasil, dengan adu tumbuk domba berikut penampilan para pawang dombanya, secara keseluruhan Raja Dogar merupakan kesenian yang benar-benar menghibur. Tak ada kekerasan, tak ada unsur buly, tak ada pula unsur sinisme terhadap suatu keadaan. Raja Dogar benar-benar kesenian hiburan yang menyegarkan.

Mengapa dinamakan Raja Dogar? Nama ini mungkin terkait dengan ukuran replika dombanya yang sangat besar. Tingginya hampir setinggi orang dewasa, besar tubuhnya pun dua kali lipat domba sebenarnya. Karena ukuran dombanya yang “raja” maka dinamakanlah Raja Dogar. Mungkin.

Seni Raja Dogar lahir di Kampung Loji, Desa Keresek, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut. Diciptakan oleh seniman senior Entis Sutisna pada tahun 2005. Entis juga diketahui merupakan pencipta lagu Sunda yang beberapa lagunya sempat hit di era tahun 90-an.

Lepas dari itu, meskipun lahir dari daerah pedesaan, Raja Dogar telah tampil melanglangbuana hingga Eropa.

Berbagai penghargaan pun sempat diraih. Diantaranya dari Unesco tahun 2014 dan penghargaan saat tampil di Singapura.

Kesenian yang diciptakan Entis ini pun sempat tampil di Istana Negara tahun 2009, memenuhi undangan Presiden SBY.

“Alhamdulillah, Raja Dogar asal Garut ini selain pernah menghibur Presiden RI, juga telah mendapat pengakuan dunia internasional. Jadi tak hanya mengharumkan Garut, tapi juga mengharumkan Indonesia,” kata Entis Sutisna saat Raja Dogar ciptaannya tampil di Satisiun Kereta Api Cibatu, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut ketika ikut memeriahkan pengobatan massal Rail Clinic PT Kereta Api Indonesia, Kamis (25/01/2018).

Seluruh yang hadir dalam kegiatan itu, diantaranya Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna, tampak terhibur dengan penampilan kesenian tersebut. Kapolres bahkan berharap kesenian Raja Dogar menjadi perekat kerukunan warga sehingga berdampak pada kondisi kamtibas Garut.

Sayang, pada bulan November 2017 kemarin, Raja Dogar gagal berangkat ke benua Amerika memenuhi undangan Pemerintah Chili. Kegagalan ini terjadi karena tak ada sponsor yang bisa menanggung biaya keberangkatan seluruh personel Raja Dogar. (Enjang S)***