JAKARTA, (KAPOL).- Ketua Lembaga Takmir Masjid (LTM) Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU), Kiai Mansyur Syairozi menyebut Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat, Dedi Mulyadi layak menggantikan Gubernur Jawa Barat saat ini, Ahmad Heryawan.
Hal ini dia ungkapkannya di sela sambutan Acara Seminar Nasional Sarung Nusantara yang digelar Kamis (6/4/2017) di Kantor Pengurus Besar Nahdhatul Ulama, Jalan Kramat Raya, Jakarta.
“Saya ini lama bersama Kang Ahmad Heryawan, saya dulu ikut kampanye untuk beliau hingga akhirnya berhasil. Sekarang ini, Kang Ahmad Heryawan sudah waktunya diganti, karena sudah dua periode. Saya usul bagaimana kalau yang menggantikan beliau itu Kang Dedi Mulyadi,” kata Kiai Mansyur.
Dalam kesempatan tersebut Mansyur juga menyerukan agar siapa pun warga Nahdhatul Ulama yang berdomisili ataupun memiliki saudara di Jawa Barat memilih Dedi Mulyadi pada perhelatan Pilgub Jabar 2018 mendatang.
“Jadi, siapapun yang memiliki sanak saudara di Jawa Barat, nanti harus memilih Kang Dedi,” ujarnya sambil tersenyum.
Seruan salah satu Kiai yang berpengaruh di internal Nahdhatul Ulama ini bukan tanpa alasan. Ia menilai kelayakan Dedi yang saat ini masih menjabat sebagai Bupati Purwakarta. Dari segi program yang saat ini tengah digulirkan yaitu pendalaman kitab suci al Qur`an dan Kitab Kuning bagi seluruh pelajar muslim di Purwakarta dinilai sebagai tradisi warga NU.
“Di Purwakarta itu pelajar belajar baca kitab kuning. Semoga banyak santri terlahir di sana,” ucapnya.
Pendapat Kiai Mansyur ini pun diamini oleh Kiai Abdul Manan yang mewakili Ketua Umum PBNU Kiai Said Aqil Siradj. Ia menyebut konsepsi pembangunan di Purwakarta sangat sesuai dengan pandangan fiqih yang dimiliki oleh Imam Syafi`i sebagai salah satu dari empat Mujtahid Mutlak yang pandangannya menjadi rujukan bagi kalangan Sunni di Indonesia.
“Belum tentu kita ini para kiai bisa seperti Kang Dedi, saya mendengar pidato beliau saat menggelar Seminar Islam Nusantara di Purwakarta. Kata beliau, Air di Purwakarta itu asalnya thohir muthohir (suci mensucikan.Red), harus tetap menjadi thohir muthohir,” tuturnya.
Dedi Mulyadi yang hadir dalam kapasitasnya sebagai warga NU yang juga budayawan Sunda, Ketua Lesbumi NU, Kiai Agus Sunyoto dan Akademisi NU Prof DR Imam Prayoga membahas sarung baik dari aspek falsafah, sejarah bahkan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai salah satu identitas kebangsaan yang di seminarkan di Kantor PBNU. (Jani Noor)***