TASIKMALAYA, (KAPOL).-
Selain Tutug Oncom dan pariwisata, ternyata Tasikmalaya menarik minat warga Spanyol untuk dikunjungi lantaran komunitas pemudanya. Demikian diungkapkan Muhamad Abdul Karim, salah satu warga Kota Tasikmalaya yang kini tengah mengikuti program mobilitas pemuda dari Erasmus+ di Tenerife, Spanyol.
Menurut pria yang sempat menjadi peserta Sidang Majelis Tertinggi PBB bidang Kepemudaan di New York tersebut, kreatifitas anak-anak muda Tasikmalaya seperti misalnya Rokpungsat, Sukapura Project, Hub Tasikmalaya, sangat diapresiasi baik di sana. “Belum lama ini saya diberikan kesempatan untuk mempresentasikan beberapa contoh insiasi dan kreatifitas pemuda di Tasikmalaya, ternyata sambutannya begitu positif. Bahkan meningkatkan rasa penasaran mereka untuk mengunjungi Tasik,” ungkap Karim kepada “KP”, Jum’at (21/10/2016) melalui pesan elektronik.
Sambung lulusan Stikes Bakti Tunas Husana Tasikmalaya ini, hal tersebut juga mendorong salah satu mahasiswa magister di Spanyol untuk melakukan penelitian bidang Youth Development di Tasikmalaya.
“Kepedulian mereka terhadap dunia kepemudaan di sana memang sangat tinggi, karena ya negara tersebut tergolong negara maju. Yang jelas, keaktifan dan spirit penggiat komunitas di Tasik dengan langkah-langkah nyatanya itu yang menginspirasi mereka untuk mendalami lagi,” ujarnya.
Dalam pertukaran pemuda Unieropa yang diikutinya ini, dia sendiri fokus pada projek bernama STARS (Sustainable Tourism Agents in Rural Society). Dimana lewat program itu diharapkan akan menunjang proses pengembangan masyarakat dengan cara mengkombinasikan potensi ekonomi, wisata, serta menempatkan pemuda sebagai konseptor sekaligus pemberdaya.
“Ini dilaksanakan di 7 negara Indonesia, Sri Lanka, Solomon, Perancis, Portugal, Spanyol, dan Chile,” kata dia.
Sejauh ini, Karim mengaku mendapatkan banyak pencerahan dari negara terbesar kelima di Eropa tersebut, yang menurutnya cukup memungkinkan bila diterapkan di Tasikmalaya. “Di sana nyaris segala hal berbasis teknologi dan membuat masyarakatnya pun smart users. Ini yang membuat saya salah satunya terpikir untuk bisa menciptakan digital mapping Kota Tasik, seperti yang mereka punya. Khususnya tourism center yang interaktif,” ujarnya. Yang pasti, menurutnya, paling disalutinya dari negara-negara asing tersebut tidak lain kekompakan seluruh stakeholdernya untuk menciptakan solusi.
“Saya juga sempat memperkenalkan bakiak, dan membuat mereka begitu antusias. Karena jenis permainan ini dianggap sangat kental akan tradisi dan nilai-nilai. Walaupun saat itu, saya agak kesulitan membuatnya terkendala bahan baku,” tambahnya.
Dia mengajak khususnya anak-anak muda Tasikmalaya, untuk bisa aktif dan mengoptimalkan masa muda dengan turut berjuang dan kontribusi dalam pembangunan. “Minimal untuk lingkungan terdekatnya saja dulu, atau dari hal-hal kecil. Jangan sampai apatis apalagi hanya bisa kritik, tapi coba mencari solusi alternatif,” kata Executive Director Sahabat Pulau tersebut. (Astri Puspitasari)***