TASIKMALAYA, (KP).-
Pasar daring (online,red) yang semakin ramai dijejali para pelaku bisnis, bahkan termasuk perusahaan skala raksasa makin membuktikan manisnya cuan di ranah ini. Tak heran, jika pelaku UMKM sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pertumbuhan ekonomi nasional, pun kini terus didorong untuk mulai menggarap pasar online.
Pakar internet marketing Deri Nurjayadi, bahkan menyebutkan jika Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) telah menaksiran transaksi online setidaknya mencapai nilai 298 Triliun hingga akhir tahun ini.
“Dari segi tren, memang terjadi peningkatan yang terus menerus dari segmen pasar online ini. Apalagi jika kita merujuk, Indonesia sebagai pengguna internet yang aktif dan jumlahnya pun sangat tinggi sekitar 90juta-an, tentu sangat potensial,” ungkapnya dijumpai dalam kegiatan yang digelar Kadin Tasikmalaya Training Center (KTTC) di 3 Store, Minggu (24/4/2016) kemarin.
Menurut dia, hal tersebut juga yang kemudian membuat marketplace sebagai wahana belanja online bagi konsumen, begitu tumbuh subur. Karena jumlahnya saat ini bertambah hingga lima kali lipatnya, dari tahun sebelumnya.
“Dan yang perlu dilakukan UMKM kita, tidak bisa berkutat hanya sebatas offline saja. Karena kalau begitu, jelas akan tertinggal. Istilahnya kan saat ini UMKM potensi sudah nyata, tinggal dipicut saja supaya berlari mengejar ketertinggalan,” tambah Deri.
Apalagi, pria yang juga merupakan founder dari Bisnis Online Institute ini, mengatakan semua lini usaha saat ini sangat terbuka lebar untuk dipenetrasi. “Apapun bentuknya, dari kuliner, fesyen, furnitur, jasa, hingga properti sekalipun, trennya sangat positif, artinya semua bisa ditawarkan dan nilai plus itu telah terbentuk pasarnya,” imbuh dia lagi.
Yang menambah baik lini ini juga tidak lain, sambung Deri, konsumen yang semula hanya terbatas pada kalangan menengah ke atas saja. Kini berbalik, membuat segmentasi makin lebar juga. “Karena dari segi perangkat kan harganya makin murah, jadi ya sangat mendukung perkembangan,” kata dia.
Manager Kadin Tasikmalaya Training Center (KTTC) Asep Saepulloh pun mengatakan, khususnya di Tasikmalaya ini pelaku UMKM sudah mulai melirik dan beranjak untuk memanfaatkan pasar online. “Tapi tampaknya belum optimal, karena pada kenyataannya ya bermain di pasar online bukan hanya sebatas kita memiliki sebuah toko online saja. Justru me-maintenance itu lebih sulit,” ujar dia.
Selain juga, tak bisa dipungkiri salah satu kendala di Kota Tasikmalaya, yakni keterbatasan infrastruktur jaringan internet. “Untuk bisa mendukung iklim positif dari ekonomi kreatif era baru ini, jelas akses internet menjadi kunci. Semakin cepat, semakin banyak tersedia juga, otomatis perputaran ekonomi bisa makin masif,” terang Asep.
Untuk itu, KTTC yang resmi berdiri sejak Februari lalu menggandeng Kadin Trier Jerman mengadakan workshop selama dua hari bertajuk ‘Be The Next Millionaire, Memulai dan Melezatkan Omzet Bisnis Online’.
Asep mengatakan, jika kegiatan perdana tersebut untuk memberikan penguatan sekaligus mengimbangi UMKM mengoptimalkan kemajuan pesat teknologi saat ini. “Kami juga ingin mengubah paradigma pelaku UMKM yang biasanya sudah puas dengan penjualan saat ini, makanya enggan ke ranah online. Padahal, kenapa tidak, keduanya sama-sama difokuskan, tentu bisa lebih berkembang,” ujar pelaku usaha mukena bermerek Yumna ini.
Pria yang juga founder dari grosirmukenatasik.com ini, juga berencana menghimpun pelaku usaha mukena di Kota Tasik untuk memanfaatkan laman situs yang dibangunnya sejak tahun 2012 tersebut. “Karena mukena asal Tasik punya branding yang positif bahkan hingga Malaysia, jadi ketika ada di pasar online itu sudah sangat jelas juga pasarnya,” kata dia.
Senada, dikatakan Deri, pihaknya pun sempat membuat laman ukmtasikmalaya.com untuk menampung potensi pelaku usaha lainnya.
Wakil Ketua KADIN Tasikmalaya Nana Supriatna, sekaligus pemateri di kegiatan tersebut juga menegaskan apabila bisnis online bukan hanya seberapa cepat menjual produk, namun seberapa tepatnya menyasar segmen pasar. “Dan menjadi penting juga, pelaku UMKM coba kita arahkan agar bisa menciptakan pasca sales-nya, karena yang wajib di usaha itu kan repeat order,” tambahnya. (Astri Puspitasari)***