Lakbok dan Banjarsari Lumbung Transmigran di Ciamis

SOSIAL174 views

CIAMIS, (KAPOL).- Pemerintah Kabupaten Ciamis melalui Dinas Tenaga Kerja Ciamis segera melakukan sosialisasi program transmigrasi kepada masyarakat di lumbung transmigran yaitu kecamatan Lakbok dan Banjarsari.
Sosialisasi ini penting dilakukan, selain karena bentuk program pemerintah, juga dalam rangka menyiapkan masyarakat yang berminat mengikuti program transmigrasi.

Kepala Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Tenaga Kerja Ciamis, Dra Kartika M.Si menyatakan, wilayah Banjarsari dan Lakbok merupakan lumbung transmigrasi di Ciamis. Animo masyarakat di sana cukup tinggi untuk bertransmigrasi.

“Dalam sosialisasi kita akan sampaikan syarat-syarat untuk menjadi calon transmigran serta apa yang harus disiapkan masyarakt sebelum berangkat transmigrasi,” kata Kartika Rabu (1/3/2017).

Menurut Kartika, pemerintah daerah tidak akan sembarangan mengirimkan calon transmigran ke daerah tujuan transmigrasi jika belum memiliki keterampilan kerja.

Makanya, sebelum memberangkatkan, calon transmigran diberi pelatihan keterampilan dulu, kalau yang petani kita beri pelatihan cara bertani yang baik, untuk ibu rumah tangga kita bekali keterampilan membuat olahan makanan home industri dan lainya.

“Warga yang ingin bertransmigrasi kan ingin memperbaiki taraf kehidupannya di daerah baru, jadi harus disiapkan segala sesuatu termasuk keterampilan kerja, jangan sampai ketika sudah di tempat transmigran malah tidak bisa berbuat apa-apa,” jelasnya.

Lanjut Kartika, saat ini sudah ada lima KK yang siap diberangkatkan transmigrasi ke wilayah Kalimantan dan Sulawesi. Hanya saja kata dia, sampai saat ini pemerintah propinsi belum memberikan kuota berapa banyak kouta untuk Ciamis.

“Jadi kita belum tahu apakah lima KK bisa diberangkatkan atau tidak tahun 2017 ini, kita masih menunggu keputusan dari propinsi,” ungkpanya.

Diakui Kartika, animo masyarakat Ciamis untuk ikut transmigrasi ke luar pulau Jawa memang masih ada, namun tidak setinggi beberapa tahun lalu ketika Ciamis masih bergabung dengan Pangandaran.

“Dulu kan masih ada kantong-kantong transmigrasi seperti Kecamatan Mangunjaya, Padaherang dan Pangandaran. Sekarang sudah berpisah, jadi yang daftar transmigrasi tidak terlalu banyak,” jelasnya.

Sewaktu dengan Pangandaran, dalam satu kali pemberangkatan bisa mencapai 30 KK. “Namun sekarang memang kuota dibatasi per-Kabupaten/Kota di Jawa Barat, sehingga tidak bisa seenaknya memberangkatkan orang yang akan bertransmigrasi,” katanya.

Lebih lanjut Kartika menjelaskan, kebanyakan masyarakat Ciamis yang ingin transmigrasi mengaku ingin mendapatkan kesejahteraan di luar pulau Jawa karena melihat tetangganya yang sudah sukses terlebih dahulu.

“Yang ingin transmigrasi beralasan kehidupanya di sini tidak sejahtera, sehingga ingin pindah tempat agar bisa merubah nasib,” ungkapnya.

Namun ia menghimbau kepada masyarakat yang ingin transmigrasi agar bisa bekerja keras, rajin dan ulet dalam bekerja. “Karena tanpa kerja keras, rajin dan ulet maka akan tetap saja tidak maju dan sejahtera,” pungkasnya.(Jujang)***