TASIKMALAYA, (KAPOL).-
Sebuah miniatur kawasan pegunungan dan permukiman yang dibuat oleh salah seorang Guru kelas 3 SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa) Negeri di Jamanis Kabupaten Tasikmalaya mencuri perhatian petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya. Pasalnya bukan hanya sekedar miniatur biasa, tetapi miniatur ini menjadi media alat peraga pembelajaran yang menggambarkan potensi bencana longsor dan banjir bandang kepada para Siswa SDLB.
Nampak pada miniatur yang 100 persen dibuat dari limbah penggergajian kayu tersebut bangunan pemukiman, jalan raya, rel kereta api, jembatan, pepohonan, hingga jalur sungai. Bahkan dibentuk pula tebing gundul yang rawan terjadinya bencana banjir dan longsor. Miniatur pendidikan mitigasi bencana inipun dilengkapi dengan petunjuk arah jalur evakuasi, lokasi pengungsian dan sebagainya yang diharapkan bisa memberikan pemahaman secara mudah kepada siswa-siswinya yang sebagian besar memiliki kekurangan tuna rungu.
“Siswa yang tuna rungu itu memiliki kekurangan untuk memahami informasi secara verbal, meskipun belum tentu semua yang tuna rungu itu tuna wicara. Makanya, bagi mereka akan lebih mudah untuk memahami apabila konsep pembelajarannya menggunakan media berupa alat peraga,” jelas Siti Komariah, guru SDLB pembuat miniaatur pembelajaran mitigasi bencana ketika menyerahkan hasil karyanya ke BPBD Kabupaten Tasikmalaya.
Untuk membuatnya tidaklah susah, menurut Siti, hanya menggunakan serbuk gergaji, papan, solasi, batang korek api, kawat, semen, pasir, spon, dan lainnya yang sangat mudah diperoleh di sekitar rumah ataupun sekolah. Miniatur ini dibuat untuk lebih menyederhanakan pemaparan secara verbal yang kerap sulit ditangkap para siswa SDLB.
Harapannya para siswa bisa memahami dan mampu berbuat sesuatu untuk mengantisipasi terjadinya bencana yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan tersebut. Apalagi kebanyakan siswa SDLB berada di kawasan pegunungan yang tentu sangat rawan terjadi bencana.
“Saya sendiri pun tidak lama membuatnya, namun yang terpenting saya gelisah melihat bencana yang terjadi di Garut dan juga menimpa SLB disana. Saya harapkan anak-anak ini minimal bisa menyelamatkan dirinya sendiri bila suatu saat bencana terjadi,” ujarnya.
Sementara itu, Kasi Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Tasikmalaya Sumarna Candra mengatakan, apa yang dibuat guru SLB disana memang mengundang perhatiannya karena merupakan hal baru untuk upaya Pengurangan Resiko Bencana (PRB) yang tidak terpikirkan. Sehingga miniatur alat peraga ini akan dibawa BPBD pada peringatan bulan PRB tingkat Kabupaten Tasikmalaya akhir bulan Oktober 2016 ini.
“Semua sekolah bisa membuatnya, saya harapkan banyak yang terdorong untuk membuat metode pembelajaran macam ini. Sebab dengan alat peraga seperti ini, maka siswa akan lebih cepat dalam memahaminya dan bisa menjaga lingkungannya dengan baik,” terang dia. (Aris Mohamad F)***