TASIKMALAYA, (KAPOL).- Tasikmalaya memiliki potensi luar biasa di bidang agribisnis terutama sektor pertanian, perikanan, peternakan dan kerajinan tangan.
Di sektor pertanian ada pertanian padi organik dan manggis yang sudah ekspor, di sektor perikanan ada udang vanamei dan ikan air tawar. Untuk peternakan ada susu dan sektor kerajinan tangan ada tikar mendong.
Sejauh ini para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah yang bergerak di bidang itu semua masih menggunakan teknologi seadanya.
Apakah para pelaku UMKM yang bergerak di bidang pertanian, perikanan, peternakan dan kerajinan tangan itu memerlukan teknologi tepat guna untuk meningkatkan hasil produksi dan kualitas produksi dibahas dalam Fokus Group Diskusi yang digelar oleh Pusat Penelitian Ekonomi LIPI di gedung Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Kamis (5/7/2018).
FGD di pimpin langsung oleh Koordinator penelitian optimalisasi teknologi dalam mendukung daya saing UMKM, Jiwa Sarana bersama tim, Tuti Ermawati, Nika pranata dan Rio novandra. Hadir dalam kesempatan itu para pelaku UMKM yang bergerak di bidang pengolahan susu, padi organik, pengrajin tikar mendong dan lainnya.
“LIPI ingin membantu masyarakat dan mengenalkan teknologi kepada masyarakat. Kami ingin berdiskusi teknologi seperti apa yang dibutuhkan pelaku UMKM di Tasik ini. Nanti hasilnya kami kirimkan ke tim teknis LIPI,” kata Jiwa Sarana.
Selain di Tasikmalaya, LIPI juga akan melakukan penelitian ke Lombok, Samosir dan daerah lainnya. Pelaku UMKM menjadi target sasaran penelitian karena sektor ini komposisi terbesar yang berkontribusi terhadap kemajuan daerah dan pusat. Hanya satu persen saja usaha besar penopang ekonomi daerah dan pusat, 90 persennya justru UMKM.
“Jadi LIPI ingin membantu para pelaku UMKM dengan menciptakan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri,” katanya lagi.
Rifki Saeful Bahri UKM padi organik dari Gapoktan Simpatik, mengatakan untuk produksi padi organik, bukan produk klaim tapi proses klaim. Dari mulai budidaya panen dan pascapanen dilakukan secara organik.
Butuh teknologi baru untuk bisa meningkatkan produksi padi organik. Selama ini petani hanya menggunakan alat seadanya dalam membuat pupuk organik, sebelum melakukan proses budidaya.
Dalam proses produksi butuh alat pengering dan alat untuk sensor pemilahan beras dan juga alat untuk paking.
“Dan Alhamdulillah saat ini sudah ada yang membantu teknologi, untuk ekspor kadar airnya harus 13 persen. Kalau dari petani biasanya kadar airnya lebih dari 15 persen dan akhirnya ada penyusutan hingga 10 persen,” ujarnya.
Dalam budidaya padi organik kata dia masih menggunakan cara alami untuk menyaring air dari berbagai residu dengan menaman eceng gondik. Petani harus menyiapkan lahan seluas 0,25 persen di pusat air untuk ditanami eceng gondok sebagai penetralisir air dari berbagi kandungan non organik.
H Endang Pelaku UMKM Tikar Mendong menjelaskan, pihaknya masih menggunakan teknologi padat karya, pemintalan benang masih manual, mihane juga manual, alat tenun masih ATBM yang produksinya masih sangat lama.
“Kami sangat butuh sentuhan teknologi untuk mempercepat produksi. Karena kalau ada pesanan banyak persiapannya harus satu tahun produksi. Kalau dengan teknologi nanti bisa saja satu mesin bisa menghasilkan tiga atau empat lembar tikar,” katanya.
Farid Pelaku UMKM Produk Olahan Susu yang juga Peternak Sapi Perah mengatakan kebutuhan susu murni saat ini sangat tinggi dan belum bisa terpenuhi. Sehingga hasil produksinya sebanyak 500 liter susu yang diolah menjadi yoghurt dan fasterisasi tiap hari habis hanya untuk wilayah Utara Tasik saja.
Ia mengakui pada tahun 2011 lalu hampir menguasai pasar Kota dan Kabupaten Tasikmalaya yang saat itu kebutuhannya hampir 2000 liter per hari. Tapi itu tidak dilakukan karena harus ada teknologi yang bisa menjaga kualitas susu pada saat distribusi. Itu penting agar kualitas susu terjamin.
“Susu murni itu tidak bisa dijual sembarang dan butuh perlakuan khusus.Takut ada perubahan kualitas dari penyimpanan dan distribusi. Teknologi itu yang kami butuhkan saat ini, karena pasar susu sangat luas,” katanya.
Koordinator Pendamping PLUT Tasikmalaya, Eet Riswana mengatakan, LIPI harus segera hadir membantu menyiapkan teknologi tepat guna bagi para pelaku UMKM di Tasikmalaya agar hasil produksi bisa lebih berkualitas dan lebih efisien dari sisi biaya produksi.
Selain menampung semua kebutuhan para pelaku UMKM, para peneliti LIPI juga terjual langsung melihat rumah produksi beberapa UMKM untuk melihat teknologi apa yang dibutuhkan UMKM tersebut. (Abdul Latif)***