Menanam di Sisa Lahan, Guranteng Bisa Menjadi Penghasil Pisang Terbesar

EKBIS93 views

image
Buah pisang yang ditaman seluruh warga Desa Guranteng di sisa lahan. Pemerintah desa mengintruksikan setiap keluarga untuk menanam pisang 5-10 pohon | EMA ROHIMA

PAGERAGEUNG, (KAPOL).-
Desa Guranteng, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya merupakan desa yang memiliki potensi pertanian dengan lahan luas dan subur. Untuk memperkuat jati diri masyarakat Desa Guranteng sebagai daerah dengan hasil bumi.

Pemerintah desa mencanangkan Desa Guranteng sebagai desa penghasil buah pisang terbesar, khususnya di Kabupaten Tasikmalaya dan umumnya di Jawa Barat.

Bahkan pemerintah desa mengalokasi anggaran sebesar Rp 10 juta sebagai modal, yang nantinya akan membeli buah pisang yang akan dijual masyarakat.

“Luar biasa, upaya yang dilakukan Pemerintah Desa Guranteng untuk meningkatkan ekonomi masyarakatnya. Programnya sangat sederhana, dimana Pemerintah Desa Guranteng menggulirkan program budi daya pisang. Dimana setiap keluarga di desa tersebut disarankan untuk menanam pisang di ruang lahan miliknya,” kata Camat Pagerageung, H. Odi Kadarusman kepada “KP” Senin (30/5/2016).

Menurutnya, masyarakat hanya disarankan menanam pisang di sisa lahan sebanyak 5-10 pohon per keluarga. Selanjutnya, jika kelak pisang berbuah maka pemerintah desa pun akan membeli buahnya.

Upaya ini untuk menggairahkan kembali budi daya tanaman pisang yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Buah pisang juga diharapkan bisa memenuhi pasokan kebutuhan di Kabupaten Tasikmalaya maupun ke luar daerah.

“Saya sangat mengapresiasi. Program itu bentuk perhatian pemerintah terhadap kearifan lokal. Pernghasilan warga bertambah dan membendung masuknya buah pisang dari luar daerah,” kata H. Odi Kadarusman.

Penanaman pisang ini tidak mengganggu aktivitas warga, karena pisang ditanam di lahan sisa. Artinya, warga masih tetap bisa bertani yang lainnya. Namun bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari pisang, ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Desa Guranteng, Ee Harun berharap dengan penanaman massal pohon pisang bisa memperkuat jati diri Desa Guranteng sebagai desa mayoritas petani dengan lahan subur dan memiliki potensi. Hampir 90 persen warga Guranteng merupakan petani, sehingga pendapatan sebagian besar juga dari bertani.

Sayang, selama ini tidak ada produk pertanian yang menjadi ciri khas Guranteng. Sehingga masyarakat bertekad akan mencanangkan Desa Guranteng sebagai desa pisang.

Alasannya, pohon pisang sangat mudah perawatannya dan ditanam dimana saja bisa tumbuh. Namun buah pisang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi dan pemasaran tidak sulit atau pasarnya terbuka.

“Buah pisang seperti barang murahan. Tapi siapa pun doyan pisang, mulai dari orang biasa hingga orang kaya mau makan pisang,” ucapnya.

Dijelaskan Ee, jika seluruh warga menanam pisang 5-10 pohon pisang, maka tidak mustahil Desa Guranteng akan menjadi penghasil pisang terbesar. Estimasinya, di Desa Guranteng terdapat 7.000 kepala keluarga X 5 pohon = 35.000 pohon.

Jika setiap hari buah pisang yang dipanen 200 pohon dengan berat rata-rata 20 kilogram, maka dalam sehari akan menghasilkan buah pisang seberat 4 ton.

“Nantinya, buah pisang tersebut akan dibeli pemerintah desa melalui warung desa yang sudah dibentuk,” ungkapnya. (Ema Rohima)