CULAMEGA, (KAPOL).-
Kabupaten Tasikmalaya memiliki banyak potensi perkebunan. Iklim daerah yang tropis dengan didominasi oleh lahan tanah tadah hujan menjadikan Kabupaten Tasikmalaya cocok untuk tanaman aren. Terutama di daerah Tasikmalaya bagian Selatan. Pohon aren dengan mudah bisa ditemui. Salah satunya di Desa Mekarlaksana Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya.
Di desa tersebut, kebanyakan warganya yang laki-laki ada yang berprofesi sebagai tukang sadap. Getah aren yang disadap itu kemudian dijadikan bahan baku pembuatan gula aren. Khusus untuk produksi pembuatan gula aren ini dilakukan oleh kaum perempuan.
Titin Entin (38), salah seorang pengrajin gula aren di Desa Mekarlaksana Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya mengatakan produksi gula aren ditentukan oleh banyaknya jumlah hasil sadapan. Pasalnya dalam setiap hari tidak selalu ada getah gula aren untuk diproduksi. Terkadang ia harus menunggu sampai satu atau dua hari untuk produksi selanjutnya.
“Getahnya yang susah. Kadang-kadang sekali nyadap hanya dapat tiga lodong. Tiga lodong ini hanya cukup untuk dua sampai tiga kilo gula saja,” kata Entin di rumahnya, Senin (16/05/2016).
Selama ini, kata Entin, ia memproduksi gula aren dengan cara yang alami. Bermodalkan tungku, wajan ukuran besar dan kayu bakar. Getah aren hasil sadapan itu kemudian dimasukan ke dalam tungku dengan api yang tidak terlalu besar.
Meski demikian, lanjut Entin, ia harus bersabar. Pasalnya ia harus menunggu di depan tungku sampai kurang lebih lima jam. Ia pun harus cekatan untuk mengaduk adonan gula aren agar merata. Termasuk mengatur nyala api dari kayu bakar.
“Kalau tidak diaduk hasilnya jadi jelek. Kalau apinya terlalu besar juga adonan gulanya bisa gosong,” lanjut Entin.
Setelah adonan mengental, kata Entin, baru masuk pada tahapan pencetakan. Alat cetaknya pun masih sederhanya. Menggunakan potongan bambu yang sudah dibentuk melingkar. Adonan gula aren kemudian dimasukan ke dalam cetakan dengan volume isi menyesuaikan cetakan (gandu) yang sudah ada. Selanjutnya Entin hanya tinggal menunggu gula itu mengeras dan dikemas dengan menggunakan daun dari pohon aren yang sudah dikeringkan.
Saat sudah jadi dan siap dipasarkan, Entin mengaku tak kesulitan untuk menjual. Pasalnya setiap harinya ada orang yang datang untuk membeli gula aren hasil produksinya. Bahkan Entin kerap kewalahan untuk memenuhi jumlah pesanan.
“Karena bahan bakunya terbatas. Jadi tidak bisa produksi secara pasti,” kata Entin. (Imam Mudofar)