TASIKMALAYA, (KAPOL).- Universitas Perjuangan (Unper) Tasikmalaya genap berusia 3 tahun, Selasa (17/10/2017). Akreditasi Mendikbud yang sekarang dikantungi Unper akan di-reakreditasi Badan Akreditasi Nasional (BAN) Perguruan Tinggi (PT) pada 2017 ini.
Hal tersebut diutarakan Rektor Unper Tasikmalaya, Prof. Dr. H. Yus Darusman, M.Si dalam pembukaan “Milangkala Unper nu Katilu”, Selasa (17/10/2017).
Dengan begitu, kata Prof. Yus, sebelum para mahasiswa menyelesaikan studinya, maka Unper sudah terakreditasi BAN PT.
Unper juga memiliki visi yang khas, yakni “Dengan Berbasis kepada Kearifan Lokal, Unper Unggul dalam Menyelenggarakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang Berkarakter Kejuangan”.
Dalam rangka merealisasikan visi tersebut, Unper memiliki mata kuliah budaya daerah dan kearifan lokal yang isinya menanamkan nilai-nilai keunggulan daerah Jawa Barat, supaya mahasiswa Unper mengetahui dan menyadari bahwa dirinya sebagai orang Sunda yang lahir dari keturunan Sunda dan hidup di tatar Sunda dan memiliki keunggulan budaya Sunda.
“Orang Sunda tidak boleh kehilangan jati diri sebagai orang Sunda dan harus hidup nyunda walau pun zaman sudah modern. Modern bukan berarti Inggris atau Amerika, orang Sunda juga dapat modern, yaitu modern orang Sunda, bukan modern seperti yang lain,” katanya.
Bahkan, kebudayaan Sunda tersebut dengan serius ditanamkan kepada para mahasiswa dengan dijadikan syarat bagi mahasiswa untuk mengikuti ujian akhir yang harus memiliki sertifikat kompetensi seni Sunda.
Bukan sekarang, kebijakan tersebut bahkan sudah dilakukan tiga tahun lalu.
“Mahasiswa tinggal memilih salah satu seni Sunda yang ditawarkan UKM atau belajar di luar kampus. Di kampus disediakan lembaga sertifikasi seni Sunda,” katanya.
Keunggulan budaya daerah di Unper bahkan tidak hanya dikenal di Kota Tasikmalaya.
TV dari Jakarta dengan sengaja datang untuk melihat bagaimana Unper menanamkan budaya lokal kepada mahasiswanya, yang kemudian menyebarkannya kepada masyarakat mengenai kesenian yang hampir punah, seperti Lais, Debus, Beluk, dan Tebang Gebes. Begitu pun dengan Wali Kota Tasikmalaya rutin mengundang Unper untuk ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan.
Insan Unper juga menorehkan prestasi dalam bela diri lokal yakni dari UKM Silat sebagai seni bela diri lokal yang memperoleh 3 medali emas dan 7 perak dalam kompetisi Asia Eropa di Bandung pada bulan Oktober ini.
Dalam kesempatan itu Prof. Yus juga menyampaikan mengenai karakter kejuangan yang akan dibentuk, yaitu kejuangan yang lahir dari Jawa Barat.
“Kita anak kandung rakyat Jawa Barat, tetapi kita berjuang bukan hanya untuk menjunjung tinggi Jawa Barat saja, namun menjunjung tinggi nilai-nilai Indonesia mereka, bersatu, berdaulat, cinta bangsa, cinta Tanah Air, semangat Indonesia bersatu, berani untuk mempertahankan Indonesia merdeka, serta memiliki daya juang untuk mengisi kemerdekaan Republik Indonesia,” katanya.
Tidak ketinggalan, Prof. Yus juga menyampaikan 3 kearifan lokal Jawa Barat, yaitu Panca Gapura Rahayu (lima jalan keselamatan) yang dijadikan semboyan Unper, yaitu Cageur, Bener, Pinter, tur Singer.
Kearifan lokal ke-2 yaitu Wangsit Siliwangi yang sejalan dengan nama Unper yang mengangkat nama Siliwangi, lalu kearifan lokal ke-3 yakni nilai kepemimpinan yang ada pada kerajaan Galuh Padjadjaran, yang terbagi 3 level, yakni Prabu, Rama, dan Resi.
“Melalui milangkala Unper yang ketiga ini, mari kita gali nilai-nilai kearifan lokal Sunda dan kita gunakan untuk menjadi sumber keyakinan dalam membentuk kepribadian urang Sunda yang maju, yang memiliki semangat dan daya juang yang tinggi, untuk menciptakan kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat Indonesia merdeka dan masyarakat global,” katanya.
Sementara itu Ketua Umum Pengurus Yayasan Siliwangi Tasikmalaya, Brigjen TNI (Purn) Dr. H. Dedem Ruchlia, M.Si menambahkan, yayasan secara penyelenggara pendidikan terus melakukan evaluasi persiapan pendidikan, fasilitas, sarana-prasarana dan tenaga pendidik dan kependidikan.
“Kami lihat alhamdulillah segala kelengkapan, dosen, persyaratannya sudah terpenuhi,” katanya.
Pada tahun ke-3 ini rangkaian kegiatannya lebih ke pengenalan mengenai Unper itu sendiri, seperti dengan mengadakan helaran/kibar budaya untuk mengenalkan Unper dan mahasiswanya kepada masyarakat.
“Kearifan lokal menjadi muatan lokal Unper. Ulang tahun Unper ini diwarnai juga dengan karakter kejuangan,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut juga digelar Upacara Kesadaran Nasional, pawai budaya, seminar budaya oleh Dr. Mumuh Muhsin, M.Hum dan Dr. Elis Suryani, M.S, lalu lomba budaya antarprodi dan lomba liwet antarkelas, hiburan, dan yang tak kalah meriah adalah pertunjukan Wayang Golek dengan dalang Ki Dede Candra Sunandar Sunarya, Putu Giriharja 3 Bandung. (Aji MF)***