Munggahan Tradisi “Urang” Sunda Yang Menusantara

BUDAYA238 views

Setiap menjelang Bulan Suci Ramadhan, selalu ada tradisi “Munggahan” yang dilakukan Muslim Indonesia. Dan sampai saat ini, mungkin kita bertanya dari manakah asal usul tradisi tersebut.

Munggahan sebetulnya tradisi yang selalu dilakukan masyarakat Sunda. Sehari atau dua hari sebelum memasuki bulan suci Ramadhan mereka berkumpul bersama keluarga, sanak saudara, teman maupun orang terdekat.

Dilansir dari laman blog.ugm.ac.id, Senin 8 Mei 2017, munggahan berasal dari kosa kata bahasa Sunda, yaitu unggah. Dalam kamus Basa Sunda, unggah berarti “kecap pagawean” (kata kerja) yang berarti “nincak ti handap kanu leuwih luhur (beranjak dari bawah ke tempat yang lebih tinggi).

Kata tersebut diartikan sebagai cara untuk masuk ke suatu tempat, seperti rumah atau masjid. Karena dulu, kedua bangunan itu berbentuk panggung.  

Dalam lidah masyarakat Sunda, kata unggah sering diawali huruf “m”, sehingga lebih terkenal dengan sebutan “munggah”. Menjelang bulan puasa, orang Sunda mengartikan munggahan sebagai “unggah kana bulan anu punjul darajatna” (naik ke bulan yang luhur derajatnya).

Yang dimaksudkan pula bagi orang muslim bahwa bulan Ramadan adalah bulan yang penuh berkah. Sehingga munggahan bisa diartikan juga sebagai rasa syukur karena akan memasuki bulan yang penuh berkah.

Masyarakat Sunda memiliki berbagai cara untuk melaksanakan tradisi munggahan tadi. Selain berkumpul sambil makan-mana, juga ziarah dan membersihkan makam keluarga yang diakhiri dengan botram (makan bareng) bersama keluarga dan sanak saudara.

Namun, seiring berjalannya waktu, munggahan hanya diartikan sebagai waktu berkumpul dan makan-makan saja. (Jani Noor)***