TASIKMALAYA, (KAPOL).- Musisi dan komposer lagu-lagu yang hits di era 1990-an, Harry Tasman warga asli Pataruman, Tawang, Kota Tasikmalaya meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta, pada Minggu (18/2/2018) pagi.
Semasa hidupnya, Harry Tasman merupakan sosok musisi yang populer di era 90-an dan dikenal dengan lagu-lagu antara lain; ‘Jangan Ada Dusta Diantara Kita’ yang dibawakan Broery Marantika dan Dewi Yull, ‘Rindu Terlarang’ Dewi Yull & Broery Marantika, ‘Biarkan Bulan Bicara’ oleh Broery Marantika, ‘Jangan Ada Air Mata’ Paramitha Rusady, serta ‘Jangan Ada Perpisahan Diantara Kita’ Dewi Yull dan Eddy’s Bandi.
Kabar duka ini beredar dari unggahan Sahrul Gunawan di akun Instagram-nya.
“Telah berpulang ke Rahmatullah musisi kawakan, Harry tasman. Di tahun 1999 almarhum juga pernah membuatkan lagu untuk dirinya (Red-Sahrul) berjudul “Janji”, yang sangat berkesan baginya. Beliau orang baik dan penuh dedikasi terhadap profesinya,” tulis Syahrul pada keterangan fotonya tersebut.
Berdasarkan informasi via Whatsapp dari teman adiknya Harry Tasman, Apep Koesdinar (46), warga Lengkongsari, Tawang, Kota Tasikmalaya, dikabarkan jika jenazah langsung dibawa ke Kota Tasikmalaya, pada pukul 09.40 WIB untuk dikebumikan di daerah Sukaraja, Kab. Tasikmalaya, pada pukul. 19.33 WIB.
“Jenazah baru sampai di Sukaraja, sekarang proses pemakaman”, kutipnya via WA.
Selama ini, Harry yang tengah sakit pun ia sampaikan melalui akun Facebooknya hingga meluapkan emosi yang tengah melanda dirinya.
Ia merasa kesakitan dan kesulitan di masa tuanya, hingga meluapkan dimedia sosial sekaligus membuat lirik lagu pada update-an, pada 3 Februari dan 7 Februari 2018, lalu. atas nama akun, Harry Tasman.
“Belasan milyar dari hasil kerja sama saya dan mereka, dan ketika mereka tau saya di rawat, mereka hampir semua mengunci pintu dan jendela mereka, Ketika saya mencoba mengetuk pintu mereka, mereka selalu berpaling muka. Ini jadi catatan dihati saya sebagai seniman tak seberapa ini, ada nasib baik saya yang saya syukuri kepada tuhan YME.
Ada seorang ‘bintang dua’ yang humanis, beliau membantu segala fasilitas yang sungguh merupakan pertolongan yang entah darimana beliau tau saya sakit, Semoga beliau jadi bintang yang gemerlap di karir beliau tersebut.
Ini bukan masalah ngemis atau jadi pengemis, tapi sekedar mengetuk hati para bosiaw-bosiaw, yang konon katanya dapat meraih keuntungan teramat besar dari karya-karya saya.
Bapak ‘bintang dua’ itu tidak pernah meraih keuntungan apapun dari karya-karya saya, tapi mungkin rasa simpati beliau yang saya terima begitu dahsyat. (Agus Berrie)***