Orasi Pada Peringatan Sumpah Pemuda di Pangandaran, Gunakan 15 Bahasa Daerah

KOMUNITAS27 views

PANGANDARAN, (KAPOL).- Pemuda asal Pangandaran kembali melakukan gebrakan. Kali ini datang dari komunitas kreatif yang telah menyabet gelar juara 1 tingkat provinsi dan juara 1 tingkat nasional, Komunitas Belajar Sabalad.

Komunitasini menggelar acara sumpah pemuda dengan cara berbeda pada Sabtu, (28/10/2017).

Acara yang didatangi ratusan orang itu menampilkan Orasi Kepemudaan dengan 15 bahasa. Mereka bekerjasama dengan siswa program Kelas Multikultural SMK Bakti Karya Parigi. Di mana siswanya berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, datang para relawan dari Blitar, Semarang, Jakarta dan Bandung.

Orasi di mulai sejak pukul 14.00 WIB menampilkan orasi dari seorang pemuda Flores, Yohanes Rickard Plue. Dalam orasinya, ia menyayangkan di balik berlimpahnya sumber daya di Indonesia, tetap saja negeri ini memilih impor untuk menyelesaikan permasalahan.

“Sekalian saja polisi, tentara, jaksa dan kepala desa kita impor sehingga tidak korupsi lagi.” Teriak Yohanes dengan disambut tepuk tangan hadirin.

Awalnya ia menyampaikan dengan bahasa Flores dan membuat undangan tersenyum karena baru mendengar bahasa yang jarang mereka dengar.

Selain dia, orator lain adalah Jumidah (14) asal Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Jumidah menyampaikan orasi dengan bahasa Melayu yang mirip dengan logat Ipin dan Upin.

Ia menyampaikan keperihatinannya sebab di tempatnya terjadi pengrusakan pohon bakau yang masif. Ia juga mengajak pemuda lai untu menjaga pesisir dengan menjaga bakau agar tanah perkampungan tidak hilang oleh abrasi.

Setelah mereka berdua, ada belasan orator lain dari Papua, Papua Barat, Maluku, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Lampung, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Selatan dan Aceh.

Selain orasi, acara itu dipadukan dengan dialog tentang Pengembangan Desa Melalui Pemberdayaan Pemuda. Pada kesempatan itu, hadir kepala desa Cintakarya beserta jajaran pemerintah dan kepala desa Babatan serta jajaranya dari Kabupaten Kuningan Jawa Barat.

Merekamengadakan studi banding ke komunitas yang menjadi ikon Desa Citakarya Parigi sekaligus ikon Pangandaran.

“Kami senang bisa mengupgrade wawasan kami dengan menyimak kreativitas pemuda Cintakarya yang ternyata telah lebih dulu membangun jaringan nasional. Luar biasa dan kami merasa harus membuat di Babatan.” Kata Sunarman, kepala desa Babatan. Mereka memang berniat untuk studi banding.

Untuk memeriahkan peringatan sumpah pemuda ini, dipentaskan dua teater dari klub Wahana Indonesia Bersatu denga tema kepemudaan.

Ai Nuridayat sebagai inisiator gerakan ini menjelaskan, acara ini adalah upaya untuk menginspirasi semua pihak dan mendidik semua pihak. Baginya peringatan Sumpah Pemuda harus dikelola kreatif agar bisa menarik perhatian anak muda.

“Amanat kemerdekaan kita adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan hanya mencerdaskan anak sekolahan,” Ai memaparkan.

“Kita harus kerjasama dengan semua pihak agar cita-cita mulia para pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda mewujud menjadi kenyataan. Yakin, Indonesia menjadi milik bersama,” ujarnya lagi. (Jerry/kapol)***